Jumat, 13 November 2009

SAY NO TO PLASTIC

Seringkali tanpa sadar, kita menganggap remeh kebiasan kita yang sebenarnya kebiasaan itu wajib kita waspadai. Sebab, kalo kita nggak concern dengan kebiasaan kita, kelak akan menimbulkan bencana. Kebiasaan menggunakan plastik secara berlebihan, misalnya.

Buat mereka yang nggak mengerti, plastik cumalah sebuah alat yang berfungsikan buat membawa segala macam, mulai dari barang belanjaan semacam sayuran, pakaian, dan barang lain. Namun bagi mereka yang mengerti, plastik bisa menjadi “sumber penyakit” yang mengerikan. Dalam dunia kesehatan, hampir semua sampah plastik menghasilkan gas yang berbahaya kalo dibakar. Kalo proses pembakarannya nggak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin.

Apa itu dioksin?

Dioksin adalah senyawa yang sangat berbahaya kalo terhirup oleh manusia. Penyakit yang bisa ditimbulkan oleh senyawa ini adalah penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem syaraf, dan memicu depresi.

“Itu kan kalo sampah plastiknya dibakar. Kalo nggak dibakar ya nggak apa-apa dong?”

Sebenarnya baik dibakar maupun nggak dibakar, penggunaan sampah plastik tetap menimbulkan efek negatif. Anda pasti udah sering melihat, sampah plastik bisa menyumbat saluran air, tanggul, sehingga menyebabkan banjir. Parahnya, plastik seringkali merusak turbin waduk. Kenapa begitu? Sebab, plastik sulit buat mengurai. Meski kena air berkekuatan jutaan meter kibik, yang namanya plastik nggak mudah hancur sebagaimana kertas.

You know what? Sampah plastik berbahan konvensional dari polimer sintetik membutuhkan waktu 300-500 tahun agar bisa terurai sempurna. Hah?! 300-500 tahun? Kita udah mati berkali-kali, sampah plastik belum juga terurai-urai. Gokil kan? That’s why sampah plastik sangat berbahaya.

Berdasarkan penelitian Dosen Kimia di Institut Teknologi Bandung (ITB), I Made Arcana, zat pewarna hitam yang umumnya ada di kantong plastik, berbahaya bagi kesehatan. Zat ini kalo terkena panas dapat terdegrasi dan mengeluarkan zat yang menjadi salah satu pemicu kanker. Oleh sebab itu, kalo beli gorengan atau makanan yang masih panas, jangan langsung ditaro di kantong plastik.

Melihat data-data itu apakah kita peduli mengurangi penggunaan sampah plastik?

Kalo orang normal mah barangkali udah bisa mikir-mikir. Mikir apa? Mikir bagaimana caranya menghindar menggunakan sampah plastik. Mana bisa menghindar? Kalo ada kemauan, ya bisa lah yau! Bukan mau ngajarin, tapi coba deh lakukan kebiasaan ini, tiap pergi belanja ke hypermarket, kita udah menyiapkan diri bawa tas. Tas apa? Tas yang terbuat dari non-plastik, misalnya tas yang terbuat dari kain. Nah, seluruh belanjaan yang biasanya dimasukkan ke tas plastik, dialihkan ke tas kain milik kita. Itu kalo kebetulan belanja beberapa kebutuhan pokok. Kalo belanja pakaian, barangkali pakaian yang kita sudah beli langsung dimasukkan ke dalam tas kita tanpa perlu membawa kantong plastiknya. Repot? Iya, tapi ini bagian dari upaya menekan penggunaan sampah plastik yang berlebihan.

Terus terang, data terakhir penggunaan sampah plastik di dunia mencapai 500 juta hingga satu miliar kantong plastik. Angka itu berarti, ada sekitar satu juta pengguna kantong plastik tiap menit. Kalo sampah plastik ini dibentangkan, konon dapat membungkus permukaan bumi hingga 10 kali lipat. Di Bandung sendiri, menurut data volume sampah plastik per hari mencapai 700 meter kubik. Jumlah segitu konon bisa menutupi 50 lapangan sepakbola sekaligus. Gokil nggak tuh?

Di negara-negara maju, penggunaan sampah plastik udah mulai dihindari. Di Cina dan Australia udah mengembangkan produk plastik yang ramah lingkungan. Hah ada plastik yang ramah lingkungan? Kalo plastik berbahan polimer sintetik itu perlu ratusan tahun buat mengurai, plastik ramah lingkungan ini berbahan selulosa. Plastik selulosa ini terbuat dari tajin jagung. Jenis plastik ini dapat mengurai cuma dalam waktu setengah tahun tanpa adanya efek negatif.

Di pasaran, jenis plastik ramah lingkungan ini biasa dikenal dengan nama smart plast-bag. Terus terang, di Indonesia plastik jenis polylaktida ini belum dikembangkan. Kenapa? Apa lagi kalo UUD alias ujung-ujungnya duit. Maksudnya, biaya produksi buat memproduksi plastik jenis polylaktida muahal tenan. Meski plastik ramah lingkungan belum berkembang, hal ini bukan berarti kita tetap cuek menggunakan sampah plastik secara berlebihan. Harusnya jangan dong! Harusnya kita tetap lantang berteriak: SAY NO TO PLASTIC!

all photos copyright by Brillianto K. Jaya


http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=16205

Tidak ada komentar:

Posting Komentar