"...dibilang backpacker bisa,nggak dianggap ya bisa juga..." "...dibilang suka makan, ya begitu, dituduh tahu kuliner nggak juga..."
Jumat, 13 November 2009
A DAY WITHOUT A CAR
A day without car, it means we must go by bus.
Terminal Blok M ini dibangun tahun 1993. Pembangunan ini atas dasar menertibkan kendaraan umum di terminal yang sebelumnya sempat semerawut. Maklum, antara jumlah kendaraan dan luas terminal nggak sebanding. Selain menertibkan kendaraan umum, juga menertibkan para Penumpang.
Dahulu Blok M dikenal dengan istilah CSW. Akronim ini kepanjangannya: Centrale Stichting Wederopbouw. Ini karena kantor CSW terletak di area Blok M, persis di depan Kejaksaan Agung.
Kantor CSW didirikan pada Agustus 1948. Peletakkan batu pertama dilakukan pada 8 Maret 1949. Enam tahun kemudian, kantor CSW baru kelar. Orang yang berjasa merancang tata kota Blok M dan sekitarnya adalah H Moh. Soesilo. Beliau nggak lain nggak bukan murid Thomas Karsten, seoran Arsitek Hindia Belanda yang turut andil mendisain kota Bandung, Malang, dan Bogor.
You will never know if you don't ever go by bus. It actually transports you to your venue, whatever it looks bad and dirty. It actually brings you wherever you want to go. Maybe it will make you smile or mad you while you are there with those people. Sometimes it surprises you. Wierd? No! You will use to it!
Dahulu di seberang Pasar Raya Sarinah, ada apartemen Departement Luar Negeri. Tapi sekarang udah lenyap, karena dijadikan tempat parkir mobil-mobil yang mau belanja di Sarinah.
Mereka yang kere alias miskin, pasti naik bus atau metromini. Nah, metromini zaman dahulu, atapnya pendek-pendek. Kalo tinggi loe lebih dari 150 cm dan nggak dapat tempat duduk, udah pasti kamu bakal sedikit berbungkuk pada saat berdiri. Kelapa loe nggak bakal mampu menembus atap bus. Soalnya terbuat dari besi. Kecuali elo Superhero.
A day without car, it means we don't use a car.
Meski cuma naik bus, dahulu kita dapat tiket yang ukurannya sekecil peron tiket kereta api. Tahu kan? Kalo nggak tahu juga gedenya kayak kartu gaple. Nah, tiket ini dibuat dari kertas dan dibagikan oleh Kondektur pas bus jalan. Nggak dibagikan gratis kalee! Dibagikan kalo elo bayar pake duit. Ingat! Pake duit! Bukan pake daun.
Zaman dahulu, tiket bus juga dicaloin, cong! Banyak calo tiket yang berkeliaran di Blok M. Tapi sejak bus nggak pake lagi tiket, calo-calo ini kayak-kayaknya beralih ke calo tiket konser musik atau pertunjukan yang ada di JCC atau GKJ.
You don't want to know what wrong with car of mine, do you? What you concern is only how fast could you have much money. And you don't care where did you get those money, do you? Corruptors never go by bus. They always go by cars, which are from dirty money.
Dahulu Mal yang paling bergensi adalah Aldiron Plaza. Wah, kalo kita udah pernah ke Aldiron Plaza kita serasa orang kaya. Pokoknya dahulu, kata "Plaza" itu mempersonifikasikan kalangan jenset yang bisa masuk ke situ. Orang-orang udah nggak mungkin berani masuk ke situ. Eh, sejak ada Melawai Plaza dan Pasaraya, Aldiron nggak ada apa-apanya. Malah terlihat kumuh. Sekarang, orang yang masih memamaksakan diri masuk ke Aldiron Plaza, dianggap udah ketinggalan zaman. Pasti dicap sebagai orang jadul dan udik.
Sekarang di sekitar Blok M udah banyak Mal. Nggak cuma Pasaraya Grande, ada juga Blok M Plaza. Bahkan nggak jauh dari Blok M juga, tepatnya di Sudirman, Mal tumbuh bak jamur di musim hujan. Mulai dari Plaza Senayan, Senayan City, FX Grande, dan lain-lain.
Di dekat terminal Blok M (tepatnya di Blok M Sqare), ada para Pedagang kue Subuh. Pedagang ini mirip Pedagang kue Subuh di Senen. Ada sekitar 180 Pedagang yang berjualan di kawasan situ dari pukul 05.00-08.00 setiap hari. Meskipun cuma dagang selama 3 jam, namun omzet mereka mencapai Rp 500 juta per hari. Gokil nggak cong?! Inilah kenapa Preman masih tumbuh subur di Blok M.
A day without car, it makes me happy, because I don't see a traffic jam with my car. Let the bus driver drives me on the terrible things on the street.
Di terminal Blok M ada sebuah menara pengendali. Menara pengendali ini dipimpin oleh seorang Kepala Operasi Pengendalian Lalu Lintas Wilayah Jakarta Selatan, yang berada di Departemen Perhubungan DKI Jakarta.
Selain Organda, ada yang mengatur di terminal. Profesi ini bernama Timer. Tugasnya mengatur waktu dan nomor kendaraan yang keluar dari terminal. Ini tujuannya supaya bus-bus nggak saling serobot-serobotan mencari Sewa (istilah buat menggani kata Penumpang). Menurut temen gw yang pernah jadi Timer, ada dua Timer. Ada Timer legal, ada Timer liar. Pada tahun 80-an, Timer-Timer legal ini berhonor Rp 1.500 per hari. Timer legal ini terdiri dari beberapa suku, mulai dari Medan, Padang, sampai Palembang.
A day without car, feel so good!
Terminal Blok M menggunakan konsep alley atau lorong bawah tanah. Alley ini berfungsi buat Penumpang bus yang ingin berganti tujuan. Idealnya, bus menurunkan penumpang di halte yang khusus menurunkan Penumpang. Nah, para Penumpan itu masuk ke alley.
Alley ini pengap banget. Kadang-kadang sih ada hawa-hawa dingin. Padahal udah dikasih pendingin ruangan. Tapi kayak-kayaknya percuma juga sih. Soalnya, banyak manusia yang nggak tahu diri, banyak yang merokok. Padahal di situ ada tanda dilarang merokok dan ada tempat buat merokok. Kepengapan ruangan di alley itu barangkali disebabkan exhaust atau penghisap debu kotor. Gw yakin, hal tersebut bisa jadi sumber penyakit.
Tingkat keamanan dan pengamanan di lorong di bawah permukaan tanah itu nggak aman. Springkler di sana yang udah berdebu, bahkan ada sarang laba-labanya. Gw yakin springkler itu nggak pernah dibersihkan. Soal keamanan kalo terjadi kebakaran juga diragukan. Di alley ini nggak tersedia cukup alat pengaman (safety device) buat keadaan darurat. Gw juga nggak menemukan letak hose selang pemadam kebakaran.
A day without car, it means I must pay Rp 2.000 to Co-Driver, who never have nice face or helfull attituted. He or She only have skill to push Driver to go fast or slow by the bus.
Dahulu di jalan raya Melawai, dekat terminal Blok M masih ada Bemo. Kendaraan bermoncong ini bisa mambawa kita dari terminal Blok M ke Kebayoran Lama. Sekarang ini, Bemo cuma bisa ditemukan di terminal Manggarai atau terminal bayangan di dekat Mal Ciputra. Kalo Bemo yang mangkal di Manggarai trayeknya dari Manggarai ke RS Cipto Mangunkusumo. Kalo Bemo yang dekat Mal Ciputra jalurnya ke....
Dahulu di dalam terminal ada Pom Bensin. Gokilnya lagi, di dalam terminal masih sering ada pertunjukan-pertunjukan tradisional, salah satunya Debus. Selain Debus, ada juga banyak Pedagang obat. Mulai dari obat sakit gigi sampai obat jerawat. Gw pernah sekali beli salep jerawat merek Salju. Bukannya menghilangkan jerawat gw yang masuk kategori jerawat batu, tapi malah bikin kulit muka gw gatel-gatel.
Sewaktu masih kuliah di Depok dan Lenteng Agung, gw selalu naik bus ke terminal Blok M. Biar rumah gw di Cempaka Putih, gw selalu "nyasar" dulu ke Blok M, meski pulang kuliah seringkali malam hari. Padahal saat itu gw bisa naik bus ke Pasar Minggu dan nyambung ke Kampung Melayu naik S 68. Maklum, namanya juga masih kuliah, masih pengen ngalor-ngidul dulu before go back home.
Sebenarnya salah satu tujuan gw ke Blok M adalah pengen naik bus double dacker alias bus tingkat. Gw memang paling suka naik bus asal Inggris yang mereknya Volvo ini. Kenapa? Gw pikir asyik ada naik bus tingkat. Sayang, umur bus tingkat nggak bertahan lama. Kalo mau lihat mayat bus tingkat, bisa lihat di terminal Blok M ada toko factory outlet (FO) yang konsep tokonya dari bus tingkat bekas.
A day without car, you must feel it and enjoy it!
Ada beberapa kelompok Preman di Blok M. Beberapa di antaranya adalah kelompok Falatehan, kelompok Gramid, kelompok PD Pasar Jaya, dan kelompok tempat hiburan malam. You know what? Omset mereka mengais rezeki dari para Pedagang atau toko-toko di sekitar situ mencapai Rp 20 juta hingga Rp 30 juta per bulan. Angka ini tentu perlu pembuktian. Namun kalo dilihat dari jumlah Pedagang, angka tersebut bisa mungkin, bahkan bisa lebih.
Preman-preman di kawasan Blok M, Jakarta Selatan ini nggak cuma "tukang palak" Pedagang, mereka juga banyak yang merangkap jabatan. Ada yang berprofesi sebagai Tukang Parkir, Security mal, kantor, cafe, resto, dan ada juga yang lebih keren: Debt Collector alias Penagih Hutang.
Indikasi banyaknya Preman di sekitar Blok M yang punya duit banyak dan berprofesi ganda, ketika terungkapnya kasus pembunuhan Radja Kurniawan koordinator Sales Promotion Girl (SPG) Mal Plaza Senayan City pada tanggal 11 Februari 2009 lalu. Tersangka pelaku pembunuhan tersebut nggak lain nggak bukan diketahui sebagai Preman Blok M. Preman ini dibayar Rp 10 juta buat menjalankan tugas pembunuhan tersebut. Pelaku itu sendiri ditangkap Polisi ketika berada di kawasan Blok M dua hari setelah adegan pembunuhan.
Ada lagi orang yang nggak mau disebut Preman, tapi Pemalak bus. Para Pemalak ini cuma memalak bus-bus yang masuk ke terminal. Teman gw pernah menjadi Pemalak selama 8 tahun, kira-kira tahun 1988. Doi mengutip duit Rp 50 perak tiap bus. Waktu itu ongkos bus Rp 200.
Have a great day by the bus.
Eksistensi Preman Blok M nggak bisa lepas dari kelompok Preman yang berkembang di Jakarta era tahun 1960-an. Kabarnya, Legos merupakan kelompok Preman di Blok M pertama. Nama Legos asalnya dari kata “melego”. Jadi dahulu kelompok Preman ini seringkali melegokan (baca: menjual) barang-barang ke pasar loak di Taman Puring yang lokasinya dekat situ. Lambat laun, kelompok yang kerap melego barang ini membentuk kelompok Preman yang bernama Legos itu. Sebagian besar anggota Legos berasal dari Surabaya, Jawa Timur.
Setelah Legos, barulah muncul kelompok-kelompok Preman lain yang ada di Blok M. Setelah orang-orang asal Surabaya, hadir kelompok yang berasal dari orang-orang Palembang, Flores, Ambon, Medan, serta Bugis-Makassar. Kini kelompok preman di Blok M terbagi empat kelompok seperti yang udah disebutkan di atas tadi, yakni kelompok Falatehan, kelompok Gramid., kelompok PD Pasar Jaya, dan kelompok Tempat Hiburan.
Saat ini Blok M memiliki 2 jalur masuk dan 6 jalur keluar bus dalam kota. Selain itu ada tambahan 1 jalur lagi buat Trans-Jakarta atau yang dikenal dengan nama Busway.
Tarif bus-bus yang ada di Blok M nggak beda kayak bus-bus di terminal lain. Baik PPD, Mayasari Bakti, Steady Safe, Metromini, maupun Kopaja tarifnya ngikut Pemerintah. Bus sedang atau besar tarifnya Rp 2.000; Bus Patas non-AC tapi lewat tol harganya Rp 2.500; dan tarif bus AC Rp 5.000.
Selama menjadi terminal, terminal Blok M udah merasakan kenaikan tarif bus. Baru tahun 2009 ini ada penurunan tarif. Tepat pada tanggal 27 Januari 2009, Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta menurunkan tarif angkutan umum. Metromini dan kopaja turun Rp 500 menjadi Rp. 2.000. Untuk bus kecil, Mikrolet, KWK, dan APB, tarif jarak terjauh berubah dari Rp 3.000 menjadi Rp. 2500.
Blok M itu kalo dianalogikan mirip induk dari segala trayek. Kenapa begitu? Hampir trayek ada di Blok M. Kurang lebih ada sekitar 37 trayek pasti melewati terminal Blok M. Mulai dari trayek Blok M-Muara Angke sampai Blok M-Bekasi. Apa lagi? Blok M-Kota, Tanjung Priuk, Senen, Tanah Abang, Pasar Rumput, Manggarai, Kalideres, Cidodol, Pondok Bitung, Puri Kembangan, Joglo, Meruya Ilir, Pertukangan, Perum Bintaro, Ciputat, Ciledug, Perum Tangerang, Cimone, Serpong, Kemandoran, Pasar Minggu, Ragunan, Rempoa, Radio Dalam, Lebak Bulus, Pasar Ciputat, Pondok Ranji, Kampung Pulo, Cinere Desa Limo, Depok, Rawamangun, Kampung Melayu, Pulogadung, Kalideres, Kampung Rambutan, dan Bekasi.
all photos copyright by Brillianto K. Jaya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar