Bagi mereka yang rajin berkunjung ke jalan Sudirman saat Car Free Day (CFD) pada hari Minggu, pasti akan menjumpai pria berusia lebih dari setengah baya yang menari-nari di tengah jalan. Ia bukan orang gokil yang berlenggak-lenggok tanpa sebab. Pria ini masih normal. Ia menari di jalan raya ini dalam rangka melatih oleh tubuhnya dengan menggenakan roller blade.
Dialah Pak Jos Soedarso. Pria yang akrab disapa Jos ini adalah pelatih roller blade yang cukup tersohor di antara para pemain roller blade di Indonesia ini. Kalo kebetulan nggak ada CFD, ia bisa melatih di beberapa tempat, termasuk di dekat rumahnya sekitar Kebayoran Lama.
Saat saya temui, pria kelahiran 16 Juni 1938 ini sedang menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya. Mulai dari tangan, kaki, juga kepala. Awalnya saya nggak tahu kalo Pak Jos ini menggunakan musik sebagai panduan gerakannya. Setelah saya perhatikan, ternyata di kupingnya ada dua ear piece yang kabelnya terhubung dengan sebuah i-Pod yang disembungikan di dalam sport training-nya.
Pak Jos yang saya temui melenggak-lenggok di jalan raya di Sudirman tiap kali Car Free Day (CFD) tiap Minggu.
Pak Jos sangat santun sekali. Ketika pertama kali saya jumpai, ia terlebih dahulu memberikan hormat dengan menempelkan kedua telapak tangan , menempelkan ke dada, dan kepalanya menuntuk. Persis kayak seorang Petapa yang memberi hormat pada sang Dewa. Setelah memberi hormat dengan cara seperti itu, Pak Jos langsung menjulurkan tangan buat bersalaman dengan saya.
Kalo dari sikap yang saya tangkap, Pak Jos senang sekali bercakap-cakap. Ia nggak segan-segan mengungkapkan kembali masa-masa dimana ia pertama kali diperkenalkan dengan roller blade. Ia mengakui, roller blade pertamanya didapat dengan cara membohongi orang Belanda.
Ketika itu, sekitar tahun 1946-an, Pak Jos ingin sekali memiliki roller blade. Kebetulan ia tinggal di dekat Manggarai, dimana di tahun-tahun itu masih banyak keluarga Belanda yang tinggal di situ. Setiap hari, ia melihat anak-anak Belanda main roller blade, sementara ia yang cuma warga kampung di Manggarai hanya bisa menikmati anak-anak bule main sepatu beroda itu. Namun dengan kecerdikannya, suatu hari Pak Jos membuat sebuah permainan yang terbuat dari biji karet.
“Biji karet dibolongi tengahnya kemudian dirangkai menjadi seperti tasbih,” kenang Pak Jos. “Biji karet itu bisa berputar-putar seperti baling-baling. Karena dianggap canggih oleh anak-anak Belanda, maka saya diminta untuk membuatkan. Padahal menurut saya nggak canggih-canggih amat. Tapi mereka tetap mengganggap permain saya itu menarik dan dimintai tolong untuk membuatkan. Saya bilang sama orangtua anak-anak Belanda itu. Saya mau membuatkan asal dibarter dengan roller blade. Walhasil, mereka setuju dan akhirnya saya mendapatkan roller blade pertama.”
Roller skate yang digunakan Pak Jos ini dibeli sejak tahun 1992 dari Amrik. Roller blade pertama, didapat gara-gara membohongi anak Belanda.
Saya belajar sendiri menggunakan roller blade sampai akhirnya saya mahir. Oh iya, roller blade yang diberikan oleh orangtua anak Belanda tadi itu adalah roller blade bekas. Jadi, kondisi ban-nya sudah ogleg atau bergoyang-goyang. Saking oglek, ban-nya menimbulkan percikan-percikan api.
Lagi-lagi Pak Jos berntung. Percikan-percikan apa yang keluar dari roda roller blade bekas yang dipakai Pak Jos dianggap oleh anak-anak Belanda canggih. Gara-gara ingin memiliki roller blade yang bisa menggeluarkan api itu, anak-anak Belanda menyuruh orangtua mereka agar mau menukarkan dengan sepada tersebut.
Akhir cerita, roller blade lama ditukar dengan roller blade baru. Pak Jos nggak pernah terpikirkan mendapatkan roller blade baru. Roller blade yang dikenakannya dibeli pada tahun 1992-an. Harganya masih 1.000 U$, dimana roller blade keren punya ini harus diimpor dari Amerika Serikat.
Di usianya yang sekarang mengginjak 71 tahun, ia tetap masih lincah menggerakkan tubuhnya di atas roller blade. Luar biasa bukan? Ia sempat bertanya pada saya soal musik kesukaan. Saya menjawab, apa saja termasuk klasik milik Beethoven, Mozart, atau Amadeus. Pak Jos pun tersenyum dan mengatakan kalo hampir semua musik bisa ditarikan dengan menggunakan roller blade, termasuk musik cha-cha maupun jazz. Sayang, saya nggak sempat tanya apakah musik trash metal bisa ditarikan juga?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar