Jumat, 13 November 2009

ATM SEGEL

Pagi ini akhirnya “pecah telor” juga. Setelah sekian minggu absen nggak bersepeda di hari Minggu, gue menggoes lagi sepeda MTB gue yang udah lama nggak gue sentuh. Bukan, bukan gue udah nggak doyan lagi naik sepeda. Tapi kalo udah beberapa hari dalam seminggu bersepeda ke kantor (Senin-Kamis), gue merasa nggak perlu lagi naik sepeda di hari Minggu. Ya, boleh dong istirahat. Olahraga mah jalan terus.

Kalo nggak naik sepeda, olahraga hari Minggu gue ya berenang. Gue pilih berenang buat meninggikan badan. Kata orang begitu, sih! Betul nggak? Selain basket, renang katanya bisa meninggikan badan. Masalahnya, gue nggak yakin di usia gue sekarang ini yang katanya masih Balita (bawah limapuluh tahun), gue masih bisa meninggikan badan sampai 15 cm nggak ya?

Seperti biasa, sambil ngegoes, gue jeprat-jepret dengan kamera saku digital gue yang selalu setia mendampingi. Salah satu lokasi yang gue incer buat difoto adalah di sekitar jalan Pati Unus. Kenapa? Gue pernah melihat banyak papan merah yang dipasang oleh Pemerintah Daerah –tepatnya Dinas Pengawasan dan Penertiban Provinsi DKI Jakarta- buat menyegel tempat tinggal yang “nakal”. Tempat tinggal yang dianggap “nakal”, karena melakukan alih fungsi, dari rumah tinggal menjadi tempat usaha. Padahal lokasi tempat tinggal yang “nakal” ini memang diperuntukan buat rumah tinggal dan Pemda memang nggak mengeluarkan izin buat usaha.



Setidaknya ada dua rumah yang disegel. Rumah pertama terletak di Hang Tuah Raya, yakni sebuah toko yang gue tahu udah lama sekali beroperasi. Lokasi kedua, persis di seberang lapangan tenis Pati Unus. Anehnya meski ada papan segel segede-gede “raksasa” bertuliskan TIDAK SESUAI PENGGUNAAN, dua rumah itu tetap beroperasi, yakni melakukan usaha seperti biasa. Nah, lho?! Padahal juga, ada Undang-Undang yang bisa menjerat pemilik usaha tersebut, yakni SK Gubernur KDKI nomor 1068 tahun 1997 dan PERDA no 7 tahun 1991.

Rumah pertama masih memajang sapanduk bertuliskan diskon 50% produk tas branded. Rupanya rumah yang sebelumnya sempat jadi tempat jualan kue, sekarang jadi factory outlet khusus tas branded kayak Jimmy Choo, Gucci, Valentino, Bottega Vaneta, dll. Gokil nggak udah disegel masih promosi 50%, bo?! Rumah kedua, dijadikan usaha makanan. Kebetulan pagi tadi gue lihat beberapa orang makan bubur di situ. Sementara ada beberapa motor gede –mungkin motor Harley Davidson atau motor bebek yang digedein kayak Harley- nongkrong di situ. Dalam hati gue, widih hebring bener, udah disegel masih tetap beropersi.

Menurut loe, kenapa ya kok dua rumah itu –dan barangkali rumah-rumah lain di Jakarta ini- tetap beroperasi meski udah disegel? Pasti aparat Pemda tahu dong? Kata temen gue, bangunan-bagunan yang disegel itu ibarat "ATM Segel". Ngerti kan maksudnya? Kalo aparat lagi nggak ada uang, cukup datangi bangunan yang disegel itu, mirip kalo kita pergi ke ATM. Masukkan kartu ATM, pencet pin, pilih jumlah uang, keluar deh uangnya!

All photos copyright by Brillianto K. Jaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar