Kamis, 12 November 2009

MULAILAH DARI SEKARANG

“2010 DKI Punya Jalur Sepeda”. Begitulah judul rubrik Metropolitan di halaman 3 koran Warta Kota kemarin (21/10). Buat penggoes sepeda seperti saya dan Anda, judul tersebut tentu merupakan kabar yang luar biasa. Yaiyalah! Selama ini, para penggoes mengimpikan punya jalur khusus, sebagaimana busway.

“Kami sudah menyiapkan masterplan dan design jalur sepeda yang akan membantu Pemprov DKI mengurai kemacetan di Jakarta,” ucap Riza. “Tahun 2010/ 2011 kami akan mengimplementasikan jalur-jalur sepeda itu”.

Meskipun baru janji yang diucapkan Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Riza Hasyim, ketika meresmikan tempat parkir sepeda di fX Plaza, jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, kemarin, namun kabar tentang jalur sepeda sudah bergulir. Sebagai penggoes sepeda, kita nantinya akan menagih janji perwakilan dari pemerintah daerah ini kalo di tahun 2010 ternyata ingkar janji.

Memang beberapa kali Ketua Bike to Work (B2W) Toto Sugito dan teman-teman kita dari B2W maupun komunitas sepeda lain berjuang buat merealisasikan impian jalur khusus sepeda ini. Kenapa butuh jalur khusus? Apakah jalur sekarang belum cukup? Dear all my friends, kalo pernah naik sepeda di jalan raya, Anda pasti pernah merasakan diskriminasi pada penggoes sepeda –sama halnya diskriminasi pada para pejalan kaki. Baik mobil, apalagi motor, sangat sangat diskriminatif. Sedikit sekali dari para penggendara kendaraan bermotor tersebut yang “menghormati” penggoes sepeda.

“Menghormati” bukan gila hormat, lho! It’s different honey. “Menghormati” dalam konteks ini, sepede seringkali diserobot oleh pengendara kendaraan bermotor, terutama mobil. Mereka -para pengendara kendaraan bermotor- jarang sekali ada yang mau mengalah, padahal sudah jelas-jelas sepeda berusaha untuk selalu berada di paling pinggir. Saya pun ketika menggoes, berusaha berada di paling kiri, tidak di tengah seperti motor yang seringkali cuek melajukan kendaraannya di tengah padahal kecepatannya lambat.

Selain seringkali harus mengalah dengan kendaraan bermotor, yang relevan dengan konteks “menghormati” adalah, bersyukurlah masih ada orang yang mencoba “membirukan langit” yang sudah terpolusi ini oleh Anda yang menggunakan kendaraan bermotor. Tanpa para penggoes, Anda pasti akan cuek bebek dengan kondisi lingkungan ini, ya nggak?

Alasan-alasan tersebut di atas itulah yang menurut saya wajar apabila Pemprov DKI nanti akan membuatkan jalur khusus sepeda. Kalo janji ini terwujud, ini sama saja B2W akhirnya berhasil mewujudkan impian yang selama ini memang diidam-idamkan kaum penggoes. Oleh karena itu, mulailah dari sekarang Anda membeli sepeda. Jangan membeli mobil terus, apalagi motor.

Kalo sudah punya sepeda, mulailah belajar besepeda. Datang di lokasi-lokasi yang menyelenggarakan Car Free Day (CFD), misalnya di Sudirman-Thamrin, Rasuna Said, dan beberapa tempat yang biasanya diumumkan via spanduk yang dipasang di halte-halte atau via mailing list atau website B2W. Baru minggu lalu, jalan Pemuda untuk pertama kalinya menyelenggarakan CFD. Di lokasi CFD, dijamin Anda nggak akan malu bersepeda, karena banyak orang yang juga bersepeda. Nggak cuma orang miskin yang kendaraan satu-satunya sepeda, tapi orang-orang kaya pun banyak yang ikutan CFD. Coba deh sekali-sekali Anda ke CFD di Sudirman-Thamrin.

Kalo sudah merasa percaya diri, nggak malu menggunakan sepeda, mulai perlahan-lahan memberanikan diri naik sepeda ke kantor dengan jarak pendek. Maksudnya, mobil Anda parkir di tempat yang nggak jauh dari kantor Anda, terus Anda menggunakan sepeda ke kantor. Kalo Anda bilang nanggung atau ngapain juga cuma jarak dekat naik sepeda ke kantor? Mending sekalian dari rumah langsung naik sepeda ke kantor. Ya, silahkan aja kalo Anda mau ngetes kepercayaan diri Anda!

Seperti yang sudah pernah saya ceritakan di note sebelumnya, bahwa saya merasa nggak percaya diri pakai sepeda ke kantor. Saya sering bertanya-tanya: kok ke kantor naik sepeda? Ada-ada aja! Selain itu, saya juga merasa nggak praktis banget naik sepeda ke kantor. Bukankah rutinitas saya setiap pagi antar dua anak saya sekolah di dua tempat berbeda dan kemudian mengantar istri saya di Menara Jamsostek di Gatot Subroto? Nggak praktis amat kalo naik sepeda, cong! Namun, Tuhan menciptakan kita akal, manusia menciptakan teknologi. Atas anjuran Edon –teman saya yang sudah jauh lebih dahulu kala naik sepeda-, saya dianjurkan membeli sepeda lipat (seli) atau biasa juga disebut folding bike. Thx, bro!

Nyatanya Edon benar! Sebagai suami dengan dua orang anak, tanggungjawab saya tetap terjaga dengan baik dan benar. Rutinitas saya mengantar kedua anak saya dua sekolah berbeda -SD Labs School dan TK At-Taqwa- tetap seperti biasa, dan tentu saja mengantar istri di kantor DHL di Menara Jamsostek, jalan Gatot Subroto. Setelah tugas-tugas selesai, seli saya turunkan dari bagasi mobil dan saya menggoes dari Gatot Subroto ke Kawasan Industri Pulogadung. Praktis bukan?

Mau contoh praktis lagi. Kalo Anda mengira saya gokils banget menggoes dari Gatot Subroto ke Kawasan Industri, Anda harusnya juga bisa membuat diri nyaman. Kalo merasa terlalu jauh, gunakan akal Anda, pakai busway! Ketika hari sudah terlalu siang atau lagi malas untuk menggoes sepeda terlalu jauh, saya pilih menaikkan seli ke busway. Gubernur kita tidak melarang penggoes sepeda menaikkan sepedanya ke busway, asal yang dinaikkan adalah sepeda lipat, bukan sepeda MTB apalagi sepeda ontel. Seli pun kalo dinaikkan ke busway kudu dilipat, supaya tidak mengganggu penumpang busway lain. Beda dengan kereta api. Kalo kereta api, jenis sepeda apa saja boleh dinaikkan ke gerbong. Kebetulan saya yang kebetulan membawa seli sempat melihat beberapa penggoes sepeda MTB dan ontel menaikkan sepeda mereka ke gerbong. Praktis bukan?

Mulailah dari sekarang! Jangan seperti teman sekantor saya. Biar rumahnya dekat dari kantor, tapi sama sekali tidak berniat naik sepeda ke kantor. Dia lebih suka membeli mobil lagi. Itu hak dia sih dan saya tidak punya kepentingan buat melarangnya. Tapi kalo saya jadi dia yang kebetulan belum married, belum punya tanggungjawab sebagaimana saya atau teman-teman saya sesama penggoes sepeda, saya akan membeli sepeda dan menggoes dari rumahnya yang katanya berada di Duren Sawit ke kantor. Uang yang tadinya akan dipergunakan buat membeli mobil, saya tabung atau investasikan. Kelar kan?

Mulailah dari sekarang peduli pada lingkungan. Dengan bersepeda -apalagi Pemprov sudah berjanji akan membuat jalur khusus sepeda pada tahun 2010-, bukan tidak mungkin kita menjadi bagian dari manusia yang menyelamatkan lingkungan yang sudah terpolusi ini. Kalo bukan kita yang punya ilmu dan sadar tentang lingkungan atau kita yang katanya well educated ini, siapa lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar