Minggu, 29 Agustus 2010

RELA MACET BERJAM-JAM DEMI SHOW 15 MENIT


Sudah sejak minggu lalu, putri kedua kami, Khaira, selalu mengingatkan sebuah agenda pada tanggal 29 Agustus 2010 yang tida boleh dilewatkan, yakni pergi ke Pejaten Village. Hampir setiap hari, sampai dengan hari H ini, ia tak bosan-bosan mengingatkan kami dengan agendanya itu.

Mungkin kalo sekadar jalan-jalan ke mall, anak kami jadi terdengar norak atau kampungan. Wong ke mall aja kok segitu ngebetnya. Perkaranya, bukan sekadar jalan ke mall. Kalo itu mah sudah sering kami lakukan. Tetapi Khaira ingin berjumpa dengan idolanya dan melihat dari dekat. Sebab, selama ini sang idola hanya muncul di layar televisi. Nah, Minggu ini, ia hadir secara langsung di mal yang berada di bilangan Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

“Sudah adzan dzuhur belum, Pap?” tanya Khaira tiba-tiba menghampiri saya.

“Belum. Bentar lagi ya, Dik,” jawab saya.

Samar-samar suara adzan pun terdengar.

“Nah, sekarang sudah adzan kan, Pap?” tanya Khaira lagi.

“Iya. Kita sholat dulu, yuk!”

“Hore! Hore! Hore! Aku ketemu Mister Maker! Hore! Hore! Aku suka Mister Maker!”

Khaira berlompat-lompatan di atas kasur pegas di kamar kami. Ia kegirangan, karena kami berjanji sehabis sholat dzuhur, langsung pergi ke Pejaten Village untuk menyaksikan “pertunjukan” Mister Maker. Kebetulan jadwal “pertunjukan” idola Khaira ini berlangsung pukul 14.00 wib.

Mister Maker? Memangnya apa yang membuat orang ini begitu spesial? Kalo biasa mendampingi anak-anak Anda menonton Indovision, tepatnya di channel CBeebies, pasti mengenal sosok Mister Maker. Tokoh yang diperankan oleh Phil Gallagher ini adalah jagoan dalam membuat prakarya. Ia selalu membuat karya dari berbagai hal yang ada di sekitar kita. Sangat kreatif dan lucu. Menurut sang Sutradara, James Morgan, karakter Mister Maker memang dibuat untuk dapat menimbulkan keceriaan di sekelilingnya.



Setiap episode, Mister Maker menampilkan beberapa cara membuat prakarya yang mudah dan menarik untuk anak usia dini, dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Namun semua karyanya itu tetap dikhususkan untuk anak usia dini (pre-school). Dari mulai yang sangat mudah sehingga bisa dibuat hnya dalam waktu 1 menit (Minute Make) sampai dengan karya yang membutuhkan bantuan orang dewasa. Bahan-bahannya juga mudah didapat. Yang paling sering digunakan adalah cat, lem, gunting, aneka kertas dan kardus.

Program Mister Maker ini pertama kali disiarkan pada tahun 2007. Saking populernya, program yang dibuat oleh Michael Carrington dari BBC ini sudah di-dubbing ke dalam beberapa bahasa, termasuk ke bahasa Spanyol dan tentu saja Indonesia. Phil sendiri pernah masuk nominasi presenter acara anak-anak terbaik BAFTA Children’s Awards 2009. BAFTA merupakan penghargaan tertinggi bagi insan pertelevisian di Inggris. Beda, lho, sama penghargaan Panasonic Awards di Indonesia ini yang dinilai kurang objektif itu.

Back to kedatangan Mister Maker di Pejaten Village. Ternyata kami salah duga. Anak-anak yang ingin menjumpai Mister Maker banyak minta ampyun. Gara-gara pria asal Inggris ini, ruas-ruas jalan yang menghubungkan ke Pejaten Village macet semacet-macetnya. Kalo Anda pernah melewati jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan, barangkali pada hari kerja dan jam-jam sibuk sudah biasa melihat kemacetan. Namun, hari Minggu ini, kemacetan juga terjadi, bahkan lebih parah.

Setelah berjuang, kami akhirnya sampai juga di tempat parkir Pejaten Village. Begitu berada di plaza mall ini, alangkah kagetnya kami. Ratusan anak-anak sudah memadati plaza. Seolah tak ada tempat lagi untuk bergerak. Padahal sang idola belum menunjukan batang hidungnya. Agaknya pihak event organizer (EO) ini tak menyangka pengunjung yang akan melihat Mister Maker akan sebanyak itu.

Tunggu punya tunggu, Mister Maker pun muncul. Bertepatan dengan kemunculannya, seluruh anak memangil nama idola mereka, termasuk Khaira. Suara mereka begitu riuh. Kami melihat wajah mereka berbinar-binar, bahkan ada yang histeris. Situasi ini mirip kalo kita melihat sebuah konser, dimana band manggung dan fans mereka menjerit histeris di depan panggung.



Para orangtua, terutama bapak-bapak terpaksa menggendong putra-putri mereka, mendudukan anak-anak mereka di pundak. Ya, ngapain lagi kalo bukan supaya anak mereka bisa melihat. Padahal jarak antara panggung Mister Maker dan penonton cukup jauh. Kondisi penuh sesak bukan terjadi di lantai dimana panggung berada, tetapi di tiap lantai mall. Siang itu mall milik anak-anak. “Biang keladinya” adalah Phil si Mister Maker itu.

Sayang, pertunjukan cuma 15 menit. Mister Maker yang ditunggu berjam-jam itu tidak terasa harus menghilang. Kalo dipikir-pikir tak sepadan dengan perjuangan mengatasi kemacetan siang menjelang sore itu. Tetapi begitu melihat wajah putri kami yang berbinar-binar, kekesalan pada parahnya kemacetan jadi terobati.

“Gimana Mister Maker-nya, Nak?” tanya saya.

“Keren, Pap!” jawab Khaira sambil tersenyum. “Tapi kenapa kulitnya agak hitam ya? Kok beda dengan di televisi? Kulitnya putih.”

“Mungkin Mister Maker yang datang ke Jakarta ini bukan orang Inggris, tetapi orang Afrika kali,” goda saya.



Sabtu, 28 Agustus 2010

HATI-HATI DENGAN ACCU ANDA

Pagi ini saya sungguh malang. Ketika hendak menggunakan mobil, mobil tidak bisa dihidupkan. Pada indikator terlihat warna merah yang sangat lemah. Sudah pasti, itu tanda accu bermasalah. Tak ada waktu lagi saya membereskan masalah ini. Sebab, jam sudah menunjukan pukul 09.45 wib, sementara saya janji dengan seorang klien pukul 10.00 wib. Saya pun meninggalkan mobil dengan perasaan kesal.

Sudah dua kali ini saya mendapat masalah soal accu. Padahal di luar accu, mobil saya tidak pernah punya masalah. Maklumlah, saya membeli mobil baru, yakni Nissan Grand Livina. Kebetulan “cetakan” pertama di tahun 2007. Wah, tak perlu saya promosikan lagi, performa mobil ini luar biasa.


Accu lama (kiri), accu baru (kanan). Mau pake accu kering, mau pake accu basah, tiga tahun ganti tiga kali accu.

Saya tak salah membeli Grand Livina. Selain irit, kendaraan ini nyaman banget untuk keluarga dengan dua orang anak dua asisten rumah tangga seperti kami ini. Ketika perjalanan jauh, mobil ini sudah didisain sebagai “kamar”. Jika dua tempat duduk di belakang kemudi ditutup, seketika ruang di belakang menjadi tempat tidur. Hebatnya, Grand Livina sudah menyiapkan kasur yang pas untuk ruang belekang itu. Tak heran, anak-anak bisa tidur di belakang. Atau ketika saya bergantian mengendarai dengan istri, saya tidur di ruang belakang.

Saking luar biasa performa Grand Livina, mobil ini dianggap sebagai mobil “sejuta umat” sama seperti Avanza/ Xenia maupun Honda Jazz. Maksud mobil “sejuta umat”, karena penjualannya fantastis. Terbukti, kalo berkendaraan di jalan, dari 5 mobil, pasti ada satu dari tiga merek mobil itu, entah itu Avanza/ Xenia, Grand Livina, atau Jazz. Tak heran kalo merek-merek mobil lain meniru body mobil-mobil ini. Ya, untuk apa lagi kalo bukan sebagai startegi mengambil konsumen.

Namun tanpa sadar, tiap tahun mobil Grand Livina saya selalu mendapat masalah pada accu. Di tahun ketiga ini, saya sudah menggati accu mobil. Awalnya saya tidak tahu apakah, karena saya kurang banyak mengisi air accu atau memang merek accu-nya yang “abal-abal” alias jelek. Namun ternyata tidak juga.


Berbagai macam merek accu. Kalo nggak ngerti, bakal bingung pilih yang terbaik.

“Kami baru dapat masukan juga dari pihak Grand Livina, Pak. Di tabloid Otomotif juga ada, pak.”

Begitulah kata Andy, chief store Fast, toko retail yang menjual sparepart mobil di outlet MT. Haryono, Jakarta Selatan, menjawab protes saya. Saya protes, karena saya membeli accu kering paling mahal setahun yang lalu di toko ini. Tiap bulan saya rutin melakukan pengecekan, karena accu kring yang saya beli ini ada garansi pengecekan selama setahun. Terakhir saya mengecek pada tanggal 19 Juli 2010 lalu. Namun pagi ini, sungguh saya kecewa, saya tidak bisa menggunakan mobil saya satu-satunya yang saya cintai.

Menurut Bekti dari Fast Kelapa Gading, apa yang dikatakan rekannya tadi betul. Grand Livina punya masalah pada accu. Kapasitas ampernya terlalu besar, sehingga membutuhkan supply air accu yang cukup banyak. Oleh karena menyedot banyak air pada accu, maka air cepat berkurang. Ini bukan cuma terjadi pada accu basah. Accu kering yang ada bukan accu yang benar-benar kering. Di dalam accu kering masih ada air. Nah, air itu yang “termakan” oleh sistem amper yang besar itu tadi, sehingga air pada accu kering sulit terkontrol dan tiba-tiba tidak berfungsi.

“Belum lama ini pabrik mobil Nissan juga mengecek mobil-mobil Grand Livina,” ujar Bekti. “Kondisi yang sama konon juga dialami Honda Jazz dan Honda City, lho, Pak. Bahkan Jazz bisa ganti accu tiap delapan bulan.”


Pilih teknisi yang bisa dipercaya supaya tidak dibohongin. Yang dipercaya itu, selain sabar menjawab keluhan teknis tentang mobil kita, tidak "mata duitan".

Terus terang saya kaget dengan penjelasan chief store Fast itu. Kenapa selama saya service rutin tidak pernah diinformasikan oleh Technical Advisor Nissan soal accu Grand Livina punya masalah ya? Barangkali kalo beberapa bulan wajar ada hal yang lupa diinformasikan oleh pihak Nisaan. Tetapi saya sudah menggunakan Grand Livina selama tiga tahun lebih, tetapi informasi malah disampaikan pihak toko sparepare, bukan bengkel resmi Nissan. Aneh!

Berkaca pada pengalaman saya, be carefull dengan accu pada mobil Grand Livina Anda. Pastikan Anda tidak sedang mengejar waktu, tetapi tiba-tiba mobil Anda tidak berfungsi hanya gara-gara accu. Itu sangat mengesalkan. Pastikan ketika ke bengkel resmi Nissan, tanya tentang kapasitas amper, kondisi accu, dan hal-hal yang behubungan dengan masalah itu. Sebab, tanpa Anda bertanya, Technical Advisor tidak akan pernah menginfomasikan hal-hal seperti ini. Ingat! Malu bertanya, sesat di jalan.

all photos copyright by Brill

Jumat, 20 Agustus 2010

GOING TO SEMARANG BY THE TRAIN

Terserah Anda mau bilang norak, udik, atau kampungan. Namun memang kenyataannya begitu. Bahwa saya baru sekali lagi naik kereta api untuk perjalanan yang relatif jauh, yakni ke Semarang, Jawa Tengah. Kereta api yang saya tumpangi ini bernama Agro Muria.

Saya terakhir kali naik kereta diperkirakan puluhan abad sebelum masehi. Maksudnya cukup lama benget gitu, lho. Ya, barangkali kalo dihitung ada kira-kira duapuluh tahun lalu deh. Kalo naik kereta Jabotabek mah relatif sering. Lho memang apa bedanya kereta api Jabotabek sama Agro Muria? Ya, jelas beda dong!


Foto kereta: google.

Memang sama-sama kereta api yang terbuat dari besi. Tetapi kereta api Jabotabek itu adalah kereta api jarak pendek, yakni cuma mentok sampai Bogor. Waktu tempuh kereta api ini lebih kurang 1 jam lebih. Sedangkan Agro Muria adalah kereta api jarak jauh yang memakan waktu sekitar sembilan jam. Bener nggak ya sembilan jam? Ah, pokoknya berangkat jam 7.30 wib sampai di stasiun kereta api Tawang, Semarang pukul 3.30 wib.

Lay out kereta api Jabotabek dan Agro Muria pun nggak sama. Bangku kereta Jabotabek memanjang dan penumpang yang duduk saling hadap-hadapan. Sementara bangku Agro Muria menghadap ke arah yang dituju. Harap maklum, kalo bangku kereta api jarak panjang disamakan dengan jarak pendek, penumpang pasti nggak akan nyaman.

Kok naik kereta api? Kenapa nggak naik pesawat aja ke Semarang? Jawaban yang paling mudah adalah irit ongkos! Coba bandingkan, dengan mengeluarkan ongkos 250 ribu perak, Anda bisa sampai ke Semarang. Terserah mau turun di stasiun Poncol atau Tawang di Semarang itu. Sedangkan ongkos pesawat, bisa 800-an ribu perak. Pada saat ngecek harga tiket sebelum berangkat ke Semarang kemarin, tarif Lion nggak jauh beda dengan Garuda.






Sambil menarik kursi ke belakang dan kaki di selonjorkan Di pesawat nggak mungkin seperti ini, kecuali di bussiness class.

Itu tadi kalo kita bicara soal hitung-hitungan irit ongkos. Sekarang bagaimana dengan waktu tempuh? Nah, di atas kertas, Anda pasti langsung bisa menjawab: “Pasti pesawat lebih cepat lah yau!”. Jawaban Anda 100% benar. Dengan naik pesawat, dari Bandara Udara Soekarno-Hatta ke Semarang cuma ditempuh dengan waktu 45 menit. Jauh banget dibanding naik kereta api yang memakan waktu 9 jam. Namun jangan salah, seringkali fakta di lapangan belum tidak seperti itu. Nggak percaya?

Mari kira hitung-hitungan lagi. Berapa lama waktu Anda harus berangkat sebelum pesawat take off? Oleh karena jalan menuju Bandara Soekarno-Hatta tida dapat diprediksi, maka agar mengindar kemacetan biasanya kita berangkat dua jam, at least 1,5 jam sebelum jadwal keberangkatan. Di bandara kita harus melakukan boarding terlebih dahulu. Kelar boarding, baru deh kita menunggu pesawat. Itu belum ditambah dengan masalah delay yang sering terjadi di airline kita ini. Kira-kira total waktu tempuh ke daerah tujuan –misalnya Semarang- tidak benar-benar 100% 45 menit, tetapi beberapa jam.



Kaca jendela yang pecah gara-gara ditimpuk penduduk yang dilewati oleh kereta (foto kiri) dan restorasi (foto kanan).

Pulang pergi naik kereta api, nggak pernah delay. Di tiket pergi, tertera pukul 07.30 wib, ya pukul segitu kereta sudah bergerak dari Gambir menuju ke Semarang. Begitu pula pulangnya, yakni tepat waktu pukul 05.30 wib berangkat dari stasiun Tawang menuju Gambir, Jakarta.

Setelah bertahun-tahun nggak naik kereta, waktu tempuh itu jadi nggak terasa lagi dengan kenyamanan di dalam gerbong kereta api. Bayangan saya, kereta api itu sumpek, pengap, panas, ya pokoknya kayak kereta api Jabotabek kelas ekonomi yang penuh manusia. Sebenarnya sekarang ini bukan cuma kelas ekonomi yang penuh, di kelas AC, kereta Jabotabek juga penuh banget.

Ternyata bayangan saya salah besar. Agro Muria nyaman banget, bo! Jarak antarkursi cukup jauh, nggak kayak pesawat. Kaki kita bisa diluruskan ke depan. Bahasa slank-nya selonjoran. Apalagi kalo di depan kita nggak ada orang, kursi di depan kita itu bisa diputar, sehingga kaki kita bisa dinaikkan ke atas bangku. Wih! Muanteb banget, dah! Nah, kenikmatan kayak begini nggak mungkin didapat kalo naik pesawat.


Sambil selonjoran, kita bisa menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan. Mulai dari pemandangan gubuk-gubuk yang tumbuh liar di sekitar rel kereta api, sampai melihat hamparan pohon tembakau yang ada di daerah Kediri, Jawa Tengah. Tidak cuma itu, kita juga sempat diperlihatkan pegunungan yang dikelilingi hutan dan lautan yang luas ketika rel kereta api kita persis berada di pinggir laut Pantura.

Sepertinya, kereta api akan kembali menjadi bagian dari perjalanan saya ke daerah-daerah, terutama masih di sekitar Jawa. Tentu saya nggak mungkin akan meninggalkan pesawat. Namun setelah puluhan tahun nggak naik kereta dengan jarak jauh, ternyata naik kereta api model Agro Muria ini betul-betul nikmat juga.

all photos copyright by Brill

Rabu, 11 Agustus 2010

ANAK-ANAK BADUNG DI ISTANA BONEKA

Tiba-tiba saja Istana Boneka jadi heboh. Bukan karena ada gempa atau seleb yang datang, tetapi ada beberapa anak badung yang bikin ulah. Ini terjadi Senin (9/8) lalu saat kami berkunjung ke Dunia Fantasi, Ancol, Jakarta Utara dan sedang berada di wahana Istana Boneka.

Anak-anak badung ini melakukan aksi keluar dari perahu. Tahu kan kalo ke istana boneka ada beberapa perahu yang mengantarkan para pengunjung melihat boneka-boneka yang ada di dalam istana itu? Nah, mereka ini keluar dari perahu itu dan berjalan di pinggir stage. Ngapain lagi kalo bukan melakukan aksi foto-foto dengan aneka gaya.



Sebenarnya ulah mereka sudah bisa tercium sejak awal kami naik perahu bersama mereka. Kehebohan mereka membuat perahu goyang dan miring. Kebetulan pada siang menjelang sore itu, mereka naik perahu di depan, sehingga kami bisa melihat dengan jelas ulah mereka. Petugas Dufan yang kebetulan ada di istana boneka itu pun sempat menepukkan tangan dengan keras beberapa kali sebagai tanda agar anak-anak badung ini tidak bikin ulah. Untung petugas itu masih cukup sopan, karena tidak berteriak-teriak.

Belum begitu jauh masuk ke istana, mereka sudah mulai beraksi lagi. Aksi pertama dilakukan oleh cowok kriting berkacamata, berkaos oblong warna coklat. Dialah yang memberikan contoh pada teman-temannya. Begitu teman-temannya merasa aman -tidak ada tanda-tanda akan diusir petugas-, mereka ikut-ikutan turun dari kapal. Bahkan ada satu cewek gendut mengajak semua teman-temannya agar segera turun. Gokil abis!




Beberapa orang kemudian ikut-ikutan keluar dari perahu dan beraksi di atas stage di depan boneka. Mereka berfoto-foto dari satu stage ke stage lain, padahal di situ jelas-jelas ada tulisan: DILARANG TURUN DARI PERAHU dan NAIK STAGE.

Ulah mereka memang merangsang beberapa anak muda lain mengikuti, yakni dengan turun dari perahu dan berfoto-foto ria. Kebetulan saat itu ada beberapa keluarga yang membawa anak-anak. Entah apa perasaan mereka, tetapi kami sekeluarga sangat merasa tidak nyaman sekali melihat polah tingkah mereka. Istri saya yang sedang memberikan penjelasan pada putri kami yang terkecil, jadi nggak konsen.

Barangkali kalo mereka bernarsis-narsis ria di atas perahu dengan kamera atau handphone mereka, it's ok. Kami bisa memaklumi, karena pernah muda juga. Tetapi kalo sudah turun-naik dari perahu, sehingga memberikan contoh nggak baik pada kedua anak kami, wah it's suck! Itulah yang membuat kami bete. Cuma gara-gara ulah mereka, hari tamasya kami jadi sedikit terganggu. Sungguh sangat menyebalkan!

Selasa, 10 Agustus 2010


Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Mohon Maaf Lahir dan Batin

Minggu, 01 Agustus 2010

SEBULAN TUJUH HARI, SEBELUM SERAH TERIMA KUNCI

Anggota Komisi X dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Primus Yustisio terbengong-bengong begitu menginjakkan kaki di area kompleks Rumah Jabatan Anggota (RJA) DPR RI di Kalibata, Jakarta Selatan pada Jumat (30/07) kemarin. Betapa tidak, rumah-rumah yang sekiranya nanti akan ditempati pria kelahiran 17 Agustus 1977 yang dikenal sebagai bintang sinetron ini dan seluruh anggota DPR lainnya, belum kelar. Padahal deadline selesai proyek ini tinggal 43 hari terhitung Jumat lalu itu.

Kebingungan yang sama juga dialami oleh anggota DPR RI dari Fraksi Golkar Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, MPP, PhD. Bersama dua anggota lain, perempuan yang dikenal sebagai aktivis LSM ini melihat seluruh fisik bangunan, mulai dari kondisi eksterior maupun interiornya.

“Apa mata saya salah lihat ya? Atau memang struktur bangunannya miring?” tanya Hetifah pada saya saat melihat salah satu rumah dinas yang di Blok C yang terlihat miring konstruksinya.



Ternyata bukan Hetifah yang salah, tetapi memang struktur bangunan yang salah. Menurut kontraktor utama Adhi Karya (Persero) Tbk dan Indah Karya, mengaku sangat kesulitan membangun rumah dinas anggota DPR ini. Kesulitan itu di antaranya, karena rumah lama ternyata spesifikasi dan ukurannya tidak sama serta kontur tanah yang tidak rata. Maklum dahulu kala dikerjakan oleh lebih dari 13 kontraktor.

"Tapi alasan itu tidak bisa menjadi pembenaran sehingga harus kerja lembur. Itu risiko," ujar anggota BURT DPR Agus Sulistyono yang penulis kutip dari situs Jurnal Parlemen, Kamis, 17/06/2010 | 16:26.

Ketika memasuki ruang dalam rumah, kondisi memang masih jauh dari sempurna. Padahal sebelum kunjungan anggota DPR Jumat (30/07), Wakil Ketua Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) Dewan Perwakilan Rakyat, Refrizal sempat meninjau proses pembangunan rumah jabatan di Kalibata itu pada Kamis 17 Juni 2010. Saat itu pihak konsultan mengatakan proses pembangunan sudah 60 persen. Namun Agus mengaku sangat kecewa atas pembangunan RJA DPR di Kalibata.

“Katanya pembangunan sudah 60 persen, tetapi faktanya masih sangat rendah,” ujar Agus seperti penulis kutip dari VivaNews.Com, Jum'at, 18 Juni 2010, 08:19 WIB.

Jumat sore lalu, seluruh anggota lagi-lagi kecewa. Namun kekecewaan mereka kali ini ditutupi dengan goyonan-guyonan seputar pembangunan yang belum rampung ini. Salah satu guyonan mereka begini, “Seharusnya yang disebut gedung miring, ya ini,” kata salah seorang anggota sambil ditimpali dengan tawa dari sesama anggota dan tamu lain. Yang dimaksud ‘gedung miring’ dalam guyonan itu tak lain adalah sebuah rumah yang konstruksinya miring. “Rumah ini kayaknya cocok buat Ketua Fraksi,” tambah anggota DPR itu.



Agus tidak yakin pembangunan 499 RJA ini akan selesai pada waktu yang telah ditetapkan oleh pengembang, yakni tanggal 8 September 2010. Kalo dihitung per tanggal 1 Agustus 2010 ini, maka sisa waktu pengerjaan proyek tinggal satu bulan tujuh hari.

Selain deadline yang mepet sementara kondisi proyek belum mencapai 60%, Agus juga sangat kecewa dengan kualitas. Menurutnya, dengan anggaran yang sudah ditetapkan, kualitas yang dilihat di lapangan, sungguh sangat mengecewakan. Tak heran BURT DPR RI akan mengevaluasi secara cepat kontraktor dan Sekretariat Jenderal DPR. Bahkan ia pun tidak akan mau menerima kunci saat acara serah terima kunci.

“Apabila ada ketidaksesuaian antara anggaran dengan kualitas yang ada, kami tidak akan menerima,” ujarnya.

Sekadar info, beberapa bagian renovasi bangunan tidak dilakukan sepenuhnya oleh Adhi Karya melainkan disubkan ke beberapa subkontraktor. Menurut Refrizal, karena ada bagian-bagian yang tidak dikerjakan oleh kontraktor utama, seperti pengerjaan teralis, pintu, kusen-kusen, dan lain sebagainya.

“Tetapi tetap standar karena diawasi oleh konsultan yang telah ditunjuk (Adhi Karya-pen),” kata Refrizal.

Sebagai rakyat perlu Anda ketahui, bahwa anggaran renovasi RJA Kalibata ini semula dialokasikan dalam dua tahun anggaran. Pada 2008, pemerintah mengucurkan Rp50 miliar dan 2009 sebesar Rp104,1 miliar. Ternyata, belakangan muncul angka baru sebesar Rp355 miliar yang disebutkan oleh Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR RI.

Anehnya, perwakilan dari pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum (PU), tidak tahu menahu detail anggaran RJA. Ditjen Cipta Karya tidak diajak mendiskusikan alokasi dana renovasi RJA tahun anggaran 2010. Meski begitu, Ditjen Cipta Karya hanya bisa memberikan besaran angka pada 2007 sesuai hasil penelitian kelayakan renovasi rumah dinas DPR termasuk masjid dan saluran air, yakni sebesar Rpl00 miliar.

Makin aneh, pihak kontraktor pelaksana PT Adhi Karya Tbk pun tidak memiliki angka pasti nilai kontrak proyek ini. Direktur Utama PT Adhi Karya Tbk Bambang Triwibowo mengaku tidak mengetahui nilai kontrak proyek tersebut.

"Saya kurang tahu persisnya karena ada di bawah wewenang dan kendali Kepala Divisi Operasi 2. Saya kurang tahu persis soal kontrak dan pelaksanaan bukan (ditangani) direksi," tutur Bambang (Media Indonesia.Com, Minggu, 16 Mei 2010 15:34 WIB).

Ditjen Cipta Karya tidak tahu, kontraktor tidak tahu, termasuk juga Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya Tbk Karnadi. Katanya, ia tidak hapal nilai kontrak setiap proyek. Sebab, jumlah proyek perusahaan ini banyak, lebih dari 100 tiap tahun. “Saya pikir yang paling tahu kepala proyeknya. Silakan datang ke proyek saja," papar dia.



Anda pasti pusing kalo diputar-putar seperti itu. Buat mencari informasi agar nilai proyek terbuka dan diketahui oleh masyarakat, ternyata sulitnya minta ampun. Seperti ada sesuatu yang ditutup-tutupi. Padahal RJA itu pun diambil dari dana masyarakat, salah satunya ya lewat pajak. Wah, saya jadi curiga, nih....

Sebelumnya, Wakil Ketua BURT Refrizal sempat memberikan titik terang. Ia menyatakan, alokasi anggaran untuk renovasi RJA bukan Rp 244,07 miliar, tapi mencapai Rp 355 miliar. Angka tersebut terinci dalam APBN 2008 sebesar Rp 50,9 miliar, APBN 2009 sebesar Rp l01,l miliar, dan APBN-P 2010 sebesar Rp203 miliar. Nah, makin jelas!

Jadi, total biaya renovasi rumah dinas tercatat sebesar Rp 355 miliar. Angka tersebut termasuk alokasi untuk pembangunan 10 rumah dinas baru, gedung pertemuan tiga lantai, masjid Al- Amin, dan beberapa fasilitas yang ada di kompleks itu. Namun, ada anggota yang sanksi dengan biaya sebanyak itu dengan kualitas yang mereka saksikan di lapangan.



all photos copyright by Brillianto K. Jaya