Rabu, 25 November 2009

LUBANG RESAPAN BIOPORI

Menjamurnya gedung-gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan, maupun perkantoran, buat sebagian orang menyenangkan. Begitu pula, jalan-jalan yang sebelumnya tanah, belakangan ditutup dengan aspal hot mix, menggembirakan para pengendara kendaraan bermotor pribadi. Namun sesungguhnya, semua itu menimbulkan dampak pada lingkungan dan alam.

Air hujan yang turun, nggak mampu lagi diserap oleh tanah-tanah yang tertutup oleh gedung maupun aspal hot mix itu. Aliran yang jatuh dari langit akhirnya menggenang di jalan raya, sementara di kali, sampah-sampah yang pada saat musim kering dibiarkan berada di kali, membuat kali menguap dan bajir pun nggak bisa dielakkan.



Orang-orang Jakarta sebenarnya sudah mengerti sebab-akibat banjir. Tapi mereka cuek bebek. Tetap mendirikan bangunan di daerah resapan air atau membang sampah sembarangan. Anehnya, ketika banjir melanda, yang disalahkan Tuhan. Menurut mereka, Tuhan nggak kasih pada mereka. Padahal yang salah bukan Tuhan, tetapi kita.


Lubang biopori yang ada di rumah kami, yang letaknya di halaman belakang rumah kami. Meski tanah rumah kami kecil, kami selalu memprioritaskan ada daerah resapan yang harus dibuat. Artinya, harus ada halaman yang nggak diplester. Tanah harus tetap dibuarkan hidup dengan cara membiarkan eksistensinya, sehingga ia turut membantu meresapkan air. Kalo kita membunuh tanah, kita akan merasakan akibatnya kelak.

Memang nggak akan habis-habisnya kalo kita saling salah menyalahkan. Oleh karena itu, di tengah warga yang cuek bebek, karena nggak peduli dengan alam dan lingkungan, muncullah penemuan yang namanya Lubang Resapan Biopori (LRB). Apa itu LRB?

LRB merupakan metode resapan air yang bertujuan membantu mengatasi masalah sampah perkotaan. Dengan luban ini, sampah-sampah yang biasa dibuang sembarangan, bisa dikumpulkan di dalam sebuah lubang, kemudian ditimbun. Tentu saja yang ditanam di dalam lubang adalah sampah organik atau sampah-sampah yang bisa mengurai dengan cepat dengan tanah.

Dengan menanamkan sampah-sampah organik, otomatis akan meningkatkan kualitas tanah. Artinya tanah menjadi subur. Tumbuhan yang berdiri di atas tanah itu akan produktif. Ini juga mempengaruhi kualitas air yang di kota-kota besar ini cukup mengawatirkan.



Ini adalah alat bor biopori. Dengan alat yang terdiri dari tongkat dan mata bor yang tajam ini, kita bisa membuat lubang hampir sedalam 1 meter.


Selain itu, LRB juga menjadi salah satu solusi atas bencana banjir yang melanda kota-kota besar, kayak Jakarta ini. Sebab, lubang-lubangnya bisa meresapkan air. Tahu sendiri, tanah-tanah yang dulu masih banyak beredar di pingir-pingir jalan, kini sudah diaspal. Pengaspalan itu menyebabkan genangan. Genangan itu yang menyebabkan banjir.

Membuat LRB itu gampang banget. Semua rumah bisa membuat, meski rumah tersebut nggak memiliki halaman yang luas. Contohnya rumah kami. Meski cuma punya tanah yang segede Unyil (maksudnya kecil), kami tetap memprioritaskan daerah resapan air, yakni dengan tidak mengaspal seluruh halaman depan rumah. Sehingga di halaman depan kami bisa membuat LRB. Bahkan jauh sebelumnya kami sudah membuat lubang cukup besar buat menampung sampah-sampah organik.

all photos copyright by Brillianto K. Jaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar