Seperti itulah kesan saya terhadap gedung Bank Indonesia. Bahwa selain memiliki beberapa gedung baru yang tinggi menjulang, Bank Indonesia tetap mempertahankan bagunan tua. Nggak heran kalo Bank Indonesia mendapatkan penghargaan, karena berhasil mengkonservasi bangunan tua, sehingga bangunan muda bersatu padu dengan bangunan tua.
Gedung Bank Indonesia di jalan Thamrin tahun 60-an. Perhatikan! Belum ada gedung bertingkat di sekitar gedung (foto dok.).
Gedung Bank Indonesia Thamrin dibangun selama 4 tahun, yakni sejak tahun 1958 sampai 1962. Arsitek gedung ini bernama F. Silaban. Meski dalam pengerjaan di lapangan dilakukan langsung oleh Silaban, Presiden RI Ir. Soekarno banyak memberikan arahan. Yakni tentang arsitektur bangunan yang harus mencerminkan wajah baru Indonesia, dimana gaya arsitekturnya dikenal dengan nama neo-tradisional.
Gedung Bank Indonesia baru (foto bawah). Saya beruntung bisa hilir mudik berada di dalam Bank Indonesia, melihat ruang-ruang di gadung ini, plus salah satu lantai gedung Bank Indonesia lama yang dianggap angker.
Ketika mendirikan gedung baru pada tahun 1994, Bank Indonesia tetap mempertahankan gedung bank yang menghadap ke jalan Thamrin, yang oleh para karyawan disebut sebagai gedung Thamrin. Arsitektur kali ini lebih modern dan unik, karena berdiri sebagai menara kembar (twin tower), dimana towernya bernama Sjafruddin Prawiranegara Radius Prawira.
Gedung Bank Indonesia ini, sempat dipilih sebagai satu dari 23 gedung lain yang mempertahankan konservasi gedung tuanya. Saking mempertahankan eksistensi gedung tua, ada salah satu lantai yang konon dianggap angker. Maklum, selain struktur bangunan di gedung itu tetap dipertahankan dari sejak dibangun, yakni tahun 1958 atau sudah lebih dari setengah abad, juga terdapat beberapa patung yang ada di ruang tersebut.
Gedung Bank Indonesia jadul yang penulis foto pada pertengahan tahun 2009 lalu. Bank Indonesia berhasil mengkonservasi gedung tuanya.
Selain soal konservasi, ada yang menarik yang berhubungan dengan kompleks perkantoran Bank Indonesia atau yang disingkat Koperbi ini. Belum lama ini ada pengakuan salah satu kontraktor yang biasa menangani pembangunan gedung-gedung milik pemeritahan. Kontraktor ini lebih suka bekerjasama dengan Bank Indonesia. Sebab, nggak ada mark up dalam hal anggaran.
"Kalo budget marmer seharga 1 juta, ya oleh pihak Bank Indonesia kita benar-benar dikasih 1 juta," jelas konraktor yang nggak mau disebutkan nama perusahaannya. "Kalo instansi pemerintahan lain, budget 1 juta dikasihkan ke kotraktor paling-paling 600 ribu."
Neon sign Bank Indonesia di waktu malam, sementara terlihat bangunan Bank Indonesia lama yang dianggap angker.
Oleh karena budget gedung nggak sesuai dengan kenyataan, karena dikorupsi oleh oknum, maka banyak kontraktor nggak tahan dengan pungli-pungli yang masih merajalela. Padahal orang-orang Bank Indonesia berani menantang, dengan dana sama, pasti hasil akhirnya akan berbeda. Jadi jangan heran kalo gedung Bank Indonesia menggunakan marmer, gedung-gedung pemerintahan lain cukup pakai keramik murah meriah.
all photos copyright by Brillianto K. Jaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar