Sabtu, 23 Januari 2010

GIMANA NGGAK MO KENA AIDS?

Kalo bukan karena sebuah headline, saya nggak mungkin beli koran Bali Post. Mohon maaf, bukan karena saya nggak suka pada harian yang sudah diterbitkan di Bali sejak 16 Agustus 1948, juga bukan karena saya nggak suka baca Koran. Tetapi kebetulan saya nggak pernah berjumpa dengan Bali Post. Nah, mumpung lagi jalan-jalan ke Bali dan kebetulan di sebuah mini market saya melihat sebuah headline yang bikin saya geleng kepala, ya saya belilah koran Bali Post.

Di Tabanan, Siswi SMP dan Pejabat Positif HIV

Begitulah headline di Bali Post terbitan Rabu Wage, 6 Januari 2010. Barangkali buat Anda, headline itu biasa aja. Nggak penting! Tapi buat saya, ini sangat mengawatirkan. Betapa tidak, dalam liputannya, dilaporkan kasus HIV/ AIDS di Tabanan setiap tahun terus mengalami peningkatan. Bahkan di tahun 2009 lalu, peningkatannya cukup tajam.


Monumen bom Bali. Ternyata belum kapok dan menjadikan bule dan warga setempat insyaf untuk tidak melakukan kemasiyatan.

Menurut Sekretaris Komisi Penganggulangan AIDS (KPA) Tabanan, I Ketut Ramdom, total penderita HIV/ AIDS di Tabanan sampai dengan Agustus 2009 lalu mencapai 141 kasus. Rinciannya, mereka terinfeksi virus HIV sebanyak 50 orang, sedangkan yang positif terkena AIDS sebanyak 91 orang. Sementara itu yang meninggal tercatat 21 orang.

Anda tahu apa penyebab utama kasus HIV/ AIDS ini? Nggak lain nggak bukan akibat hubungan seks. Di koran Bali Post tercatat seorang ibu rumah tangga yang nggak pernah berganti-ganti pasangan sebelum married menjadi korban suami, gara-gara sang suami dahulu sering berhubungan dengan banyak wanita, dan diduga ada wanita yang menularkan HIV pada sang suami.

Selain ibu rumah tangga, yang membuat kepala saya pusing adalah seorang siswi SMP kelas II salah satu sekolah di Tabanan juga terinfeksi virus HIV. Kabarnya, siswi SMP ini telah melakukan hubungan seks berkali-kali dengan sejumlah pria dewasa maupun teman sekolahnya. Luar biasa bukan?

Ada lagi seorang Satpam dari salah satu desa di Tabanan yang tertular, karena pernah berhubungan dengan bule. Lho, berhubungan dengan bule kok tertular? Yaiyalah kalo bulenya memang sudah terinfeksi HIV gimana? Apalagi menurut Satpam itu, bule yang pernah berhubungan badan dengannya itu kini sudah meninggal dunia gara-gara HIV/ AIDS. Edannya, bule yang meninggal ini punya pacar dan belakangan diketahui sudah meninggal pula. Halah! Mampus nggak, tuh?! Kini, tinggal si Satpam menunggu beberapa waktu lagi buat meninggal. Astagfirullah!


Mencari Pekerja Seks Komersial (PSK) mudah. Tinggal siapkan uang, "barang" datang. Yang menawarkan di pinggiran jalan banyak, kok.

Mengerikan sekali kalo kita meninggal dunia cuma gara-gara HIV/ AIDS, bukan?
Yang paling menyedihkan, di koran Bali Post juga dikabarkan, ada seorang Pemangku dari kecamatan Penebel, tertular virus HIV. Menurut warga setempat, Pemangku ini seringkali berhubungan badan dengan Pekerja Seks Komersial (PSK) atau para wanita pekerja di kafe. Gokil abis!


Gara-gara terbiasa melihat bule hidup bebas, warga sekitar pun mencontoh. Ujung-ujungnya uang. Peningkatan wisata, ya buat devisa negara. Soal moralitas, masa bodoh!

Sebenarnya peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS sudah bisa diduga. Artinya nggak mengherankanlah. Wong kehidupan sehari-hari sudah bebas merdeka begitu, kok, ya wajar aja. Itu baru di daerah Tabanan, bagaimana di Kuta.

Ketika bom Bali meletus. saya pikir orang-orang bule atau warga sekitar Kuta insyaf alias kapok melakukan kemaksiatan: mabuk-mabukan sampai kemudian melakukan hubungan seks, menjual diri dengan bergonta-ganti pasangan, merajah tubuh mereka dengan tato, dan lain-lain. Eh, ternyata sampai detik ini, mereka tetap aja asyik ber-party. Lupa kalo tempat itu pernah di-bom dan menewaskan ratusan orang. Dan kebetulan pemerintah daerah (Pemda)sendiri tetap meng-"halal"-kan aroma kemasiyatan dengan dalih peningkatan pariwisata. Kalo mind set-nya udah begitu, ya gimana nggak mo kena AIDS?

all photos copyright by Brillianto K. Jaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar