Baru pertama kali saya berjumpa dengan seorang mahasiswa yang niat banget menyiapkan ujian Paska Sarjananya. Bukan cuma menyiapkan skripsi yang disampul hard cover, dimana dalam skripsi tersebut terdapat foto-foto indah. Atau mentransfer soft copy skripsi ke dalam sebuah CD, sehingga presentasi di hadapan sidang penguji menggunakan slide. Bukan, bukan itu.
Pria ini justru menyewa Teater Studio. Tahu kan Teater Studio itu? Teater yang berada di gedung baru di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat ini baru diresmikan tahun 2010 ini. Selain menyewa teater, ia juga menyiapkan segala pergelaran dengan kostum -kostum yang colourfull serta menyewa beberapa pemain musik tradisionil Betawi.
Ujian Paska Sarjana mahasiswa ini terlihat cukup mewah. Mirip menyelenggarakan pergelaran tari yang dilakukan oleh Event Orginizer (EO). Saya dan istri sempat takjub. Ada sebuah 'pagar bagus' yang memakai pakaian adat Betawi. Ada resepsionis menyiapkan buku tamu dan membagikan flyer ke penonton. Semua ini bukan sebuah pertunjukan, tetapi dilakukan oleh seorang mahasiswa dalam rangka ujian Paska Sarjana, bo!
Memang sih apa yang ia lakukan bagus banget dan seharusnya memang begitu. Dia serius banget mempersiapkan ujian S2-nya. Kalo saya prediksi, biaya buat mempersiapkan ujian nya mencapai lebih dari Rp 10 juta. Ah, barangkali buatnya, uang segitu cuma buat jajan kali ya.
Mahasiswa itu bernama B. Kristiono Soewardjo. Pria lulusan STIE Perbanas dan S1 Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini pada Rabu, 17 Maret 2010 kemarin melaksanakan ujian Paska Sarjana (S2) IKJ. Dalam malaksanakan ujian ini, ia membuat pergelaran tarian berjudul Kembang Antik.
Pergelaran Kembang Antik bercerita tentang seorang perempuan dari kelas menengah-bawah yang mewariskan tarian Cokek yang diajarkan oleh Ibunya.
Tari Cokek merupakan tarian yang berasal dari budaya Betawi Tempo Doloe. Sebenarnya tarian ini khas Tanggerang. Menurut literatur sejarah, tari ini berkembang pada abad ke-19 M di Kabupaten Tanggerang, Banten.
Tari Cokek diwarnai budaya etnik China. Penarinya mengenakan kebaya yang disebut cokek. Tarian cokek mirip sintren dari Cirebon atau sejenis ronggeng di Jawa Tengah. Tarian ini kerap identik dengan keerotisan penarinya, yang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat. Dalam mengiringi penari, terdapat orkes gambang kromong. Nah, oleh B. Kristiono, wardrobe penari yang colourfull dan orkes gambang kromong dipersiapkan di pergelaran Kembang Antik malam itu.
Sebagai pembimbing karya Kembang Antik adalah Julianti L. Parani, Ph.D. Sementara pembimbing karya tulisnya Arthur S. Nalan, S.Sen, M.Hum. Sementara B. Kristiono sendiri bukanlah orang baru di dunia tari. Pria kelahiran 27 Desember 1966 ini sudah sejak usia 10 tahun belajar menari tradisionil Sunda, Jawa, dan Bali. Ia pernah mendapatkan juara kedua Lomba Karya Tari Betawi dengan tari Topeng Jigrik'ndat (1998-200). Lalu sempat mendapatkan predikat kedua pada GKJ Award (199) dengan tarian berjudul Ngangres dan membawakan tarian tersebut di Soul International Dance Festival (2000).
Selain prestasi itu, B. Kristiono juga sempat menjadi koreografer dan penari terbaik dalam acara Bandar Serai Award di Riau (2002). Di tahun yang sama, pria yang sempat bergabung dengan Robert Wilson pada produksi kontemporer I La Galigo ini menampilkan karya tari Melintas Cahaya di Indonesian Dance Festival.
all photos copyright by Brillianto K. Jaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar