Jumat, 19 Maret 2010

OH MY BUSWAY, BETAPA MALANG NASIBMU....

Kalo kebetulan melintas di jalan bypass menuju ke arah Cililitan, perhatikan halte-halte busway. Anda akan melihat halte-halte tersebut rusak berat. Sedih banget! Selintas saja, Anda pasti akan melihat kaca-kaca halte tersebut pecah. Kalo masuk ke halte, kondisi lebih parah lagi. Anda akan melihat dengan mata kepala sendiri lembaran-lembaran yang terbuat dari baja, dimana digunakan sebagai lantai halte, dicopot.

Halte-halte tersebut adalah halte-halte yang merupakan lintasan Koridor 9 jurusan Pinang Ranti sampai Pluit dan Koridor 10 jurusan Cililitan ke Tanjung Priuk. Saat ini diperkiraan ada sekitar 10 halte yang rusak.



Inilah salah satu halte busway yang rusak, yang lokasinya persis di depan kantor Bea Cukai, Jakarta Timur.




Saya jadi berpikir, kok begitu Sutiyoso nggak menjabat jadi Gubernur DKI Jakarta, halte-halte yang sudah dibuat, dicuekin. Perhatikan halte-halte dari Semanggi (depan Komdak) menuju Cawang. Lalu halte di bypass menuju ke Tanjung Priuk. Fasilitas sudah dibuat, tetapi nggak dimanfaatkan di masa Gubernur Fawzi Bowo.

"Itu mah biasa! Proyek loe, proyek gue, proyek gue!"

Maksudnya, ketika masa kepemerintahan Sutiyoso jadi Gubernur, proyek pembangunan busway digeber sampai tuntas. Halte-helte didirikan tanpa memikirkan apakah sudah tersedia bus yang melintasi halte-halte itu atau belum. Yang penting halte berdiri dan proyek selesai. Nah, begitu Gubernur Fawzi Bowo apa yang terjadi? Padahal selama busway beroperasi sejak 6 tahun lalu, terjadi lonjakan penumpang. Data Dinas Perhubungan DKI Jakarta, pada tahun 2007, penumpang busway berjumlah 61,4 juta penumpang. Angka tersebut meningkat 34% di tahun 2009, yakni 82,38 juta penumpang.


Petugas kebersihan busway sedang membersihkan debu di halte busway Pramuka, Jakarta Timur. Menurut Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang penulis kutip di tvOne, buat maintenance per halte per tahun mencapai 100 miliar. Banyak amat ya?

Menurut Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Riza Hasyim (Kompas, Jumat, 19/3/2010), kerusakan fasilitas dan buruknya pelayanan lebih banyak disebabkan faktor manusia di luar pengguna maupun operator. Sebagai contoh, rusaknya halte, hilangnya lantai jembatan penyeberangan, kerusakaan separator, itu semua disebabkan oleh orang-orang yang nggak bertanggungjawab.

Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Profesor Irwan Katili mengungkapkan, pembengkakan biaya operasional busway berlipat tiap tahun. Pada tahun 2009, Pemerintah Provinsi DKI kudu mengeluarkan dana sekitar Rp 600 juta buat memperbaiki separator busway. Kita tahu, separator tersebut rusak gara-gara kendaraan yang melanggar. Baik mobil, apalagi motor, dengan seenaknya beralih jalur, dari jalur busway ke jalur biasa dengan melewati separator. Gokils kan? Itulah yang menyebabkan Wakil Gubernur DKI Jakarta gemas. Saking gemasnya, ia sempat menganjurkan untuk mengganti separator dengan pagar.


all photos copyright by Brillianto K. Jaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar