Rabu, 24 Maret 2010

SELAMAT TINGGAL BIOSKOP RAKYAT

Tepat tanggal 31 Maret 2010 kemarin, bioskop non-21 atau non sinepleks bernama Benhil Raya Theater telah resmi ditutup. Oleh pemiliknya, bioskop yang terletak persis di dalam pasar Benhil di jalan Bendungan Hilir Raya no 1, Jakarta Pusat ini, dinyatakan bangkrut.

"Pimpinan kami nggak sanggup lagi mengelola bioskop ini," ujar pak Sai'in, karyawan senior di bioskop Benhil yang sudah bekerja lebih dari 25 tahun ini. "Apalagi terakhir saya dengar bioskop ini menunggak hutang PBB sebesar 40 juta perak."



Benhil Raya Theater didirikan pada tahun 1974, bersamaan dengan peresmian pasar Benhil. Sejak terbentuk, bioskop ini menjadi bioskop idola kaum muda. Kalo bioskop di dekat kuburan Karet Tengsing, yang kini lokasinya jadi Menara Batavia disukai oleh golongan menengah ke bawah, dahulu penonton bioskop Benhil dari kalangan menengah atas. Maklum, lokasinya strategis banget dari jalan Sudirman.

Sejak dahulu sampai dengan hari ini mau tutup, bioskop Benhil memiliki kapasitas kursi yang cukup besar. Awalnya terdapat 1.200 kursi. Belakangan banyak kursi-kursi yang sudah patah dan bolong, sehingga sulit menghitung jumlah kursi yang masih layak diduduki. Kalo Anda sempat melihat, kondisinya memang miris sekali. Kita seperti masuk dalam sebuah gudang yang gelap gulita dengan ditemani tikus-tikus atau kecoa. Kebetulan, dalam gudang tersebut ada layar yang bisa diputarkan film.









Agar bioskop ini tetap eksis, manajemen bioskop membuat strategi, yakni dengan memutar film esek-esek alias film seks. Ini termasuk strategi yang mau nggak mau dilakukan, karena kalo nggak begitu, nggak akan ada penonton yang bakal mau datang ke bioskop ini. Padahal tiketnya murah banget, yakni 3.000 perak, bo!

"Bira tiket sudah murah, kalo nggak dikasih film yang ada adegan seks-nya, tetap aja nggak akan ada penontonnya," ujar pak Yoyok, manager bioskop sambil tersenyum. "Pernah kita memutar film drama atau eksyen, penotontonya nggak ada."

Kalo nggak ada penonton, terpaksa pemutaran film dibatalkan. Sebab, manajemen sudah menargetkan, bioskop akan memutarkan film kalo jumlah penontonnya minimal mencapai 10 orang. Kurang dari 10 orang, maka tiket yang sudah dibeli, akan dikembalikan lagi oleh petugas.

Biasanya, kelangkaan bioskop terjadi kalo hari-hari kerja, Senin-Kamis. Kalo weekend, apalagi malam minggu dan midnite, penonton Benhil Raya Theater ini masih bisa mengumpulkan jumlah penonton sebanyak kurang lebih 200-an orang. Luar biasa bukan? Toh, meski masih banyak orang yang tertarik nonton, bioskop Benhil harus mengakhiri 'hidup'-nya pada akhir Maret lalu.



"Nggak tahu nasib saya dan lima karyawan lain kalo bioskop ini ditutup," ujar pak Sai'ih lagi.

Penutupan Benhil Raya Theater ini sungguh ironis. Kenapa? Sebab, di saat ulang tahun perfilman nasional yang kebetulan jatuh pada tanggal 30 Maret, justru satu bioskop yang bisa dibilang punya sejarah ini, dinyatakan bangkrut. Baik pemerintah, maupun pihak swasta nggak bisa berbuat apa-apa.

Kalo bioskop Benhil ini tutup, maka kini diperkirakan tinggal dua bioskop tua non-sinepleks di Jakarta yang masih bertahan, yakni Gita Bahari yang ada di seberang pasar Senen, Jakarta Pusat dan bioskop Koja, Jakarta Utara. Alhamdulillah, pada saat detik-detik menjelang penutupan, saya sempat merasakan berada di dalam bioskop Benhil Raya ini. Saya nggak menikmati film esek-esek yang sedang diputar, padahal bisa saja duduk di kursi sambil ditemani oleh wanita-wanita muda yang menawari kencan, yang kebetulan memang banyak beredar di Benhil situ. Saat itu saya justru melihat satu per satu wajah karyawan bioskop. Ada seorang ibu setengah tua yang memberikan tiket kepada calon penonton, yang ibu itu tahu tiket itu adalah tiket terakhir. Ada pula karyawan yang bertugas memasang roll film di alat pemutar tua merek Phillips itu. Dia pun tahu, film yang dipasang di proyektor itu adalah film terakhir yang diputar di bioskop Benhil ini. Sungguh ironis.

Selamat tinggal bioskop rakyat!

all photos copyright by Brillianto K. Jaya

1 komentar:

  1. Masih ada satu bioskop non-sinepleks di Jakarta Timur, Buaran Theater atau BuTet. Memang sekitar 2005-an sempat menjadi Buaran 21, tapi hanya bertahan satu atau dua tahun dan kembali lagi menjadi Buaran Theater yang sepertinya akan segera atau malahan sudah bangkrut :( Sedih sih karena dulu sempat jadi lokasi kencan pas jaman SMA tahun 2004-an. Selain itu, bioskop ini sepertinya tidak pernah memutar film esek-esek, hanya film lama yang pernah diputar di 21 beberapa tahun lalu.

    BalasHapus