Senin, 15 Februari 2010

YANG DIBENCI, YANG JADI SELEBRITI

Ketika pertama kali muncul di televisi, hampir semua pasang mata menilai, pria kelahiran Palembang ini menyebalkan sekali. Menyebalkan pertama, setiap kali berbicara, wajahnya nggak pernah lurus menghadap lawan bicara. Kepalanya selalu menunduk. Udah begitu, matanya pun lebih banyak tertutup. Cuma sesekali dibuka dan menatap mata lawan bicara.

Menyebalkan kedua, ngomongnya terdengar sombong. Seolah ia adalah orang yang nggak punya salah. Artinya, apa yang dilakukan, adalah benar adanya. Semua merupakan tuntutan jabatan. Padahal semua orang tahu, pasti ada rahasia di balik statement-statement-nya yang keluar dari mulutnya. Ada semacam tanda tanya besar yang ia sembunyikan di balik kesaksiannya.

Begitulah Komjen Susno Duadji. Pria yang akhirnya diberhentikan dari jabatannya sebagai Kepala Bareskrim Mabes Polri ini memang menyebalkan di mata banyak orang. Di atas tadi baru soal gayanya. Belum termasuk tindak tanduknya serta ucapannya.



Sekadar mengingatkan, Susno merupakan pejabat kepolisian yang kali pertama melontarkan istilah cicak versus buaya. Cecak sebagai lambang KPK, sedang buaya sebagai lambang kepolisian. Istilah tersebut merupakan buntut dari kekesalan Susno yang mengaku ponselnya disadap, terkait pemeriksaan kasus dugaan korupsi Bank Century.

“Bukan saya yang menyadap Susno, tetapi teleponnya Susno masuk ke telepon yang kita sadap. Itu saja kok. Jadi bukan kita yang menyadap Susno. Tapi Susnonya yang masuk sendiri ke penyadap kita,” jelas Bibit

Setelah Tim Kuasa hukum Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Riyanto melaporkan Susno ke Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Susno juga dilaporkan ke Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Mabes Polri. Ada tujuh pasal dalam pelaporan saat itu ke Irwasum.

“Di antaranya pada PP 2/2003 tentang peraturan disiplin anggota polri,” jelas Achmad Rifa’i pengacara KPK. Selain itu, Susno juga dilaporkan terkait UU KUHP pasal 421-423 terkait perbuatan yang melawan hukum.

Kini setelah lepas jabatan sebagai Kabareskrim, saya sempat menjumpainya dalam pertemuan di restoran di hotel Dharmawangsa. Wajahnya nampak segar, seolah nggak ada lagi beban yang pikul lagi.

"Sudah banyak orang yang memikirkan negara," kata Susno.

Dalam perjumpaan itu, saya nggak menyinggung soal kebenaran berita miring soal dirinya. Sebab, pertemuan kami sebenarnya buat mengajak dirinya menjadi salah satu bintang tamu di program spesial.

Sambil mengutarakan konsep program, Susno menjelaskan bagaimana dirinya saat ini. Bahwa kini hidupnya "nggak tenang". Bukan nggak tenang gara-gara dikejar polisi atau penagih hutang, tetapi justru karena popularitasnya yang meroket bak selebriti. Orang boleh saja membencinya ketika muncul di televisi, tetapi ternyata dalam kenyataan sehari-hari, ia selalu dikerumini oleh banyak orang yang ingin memintanya foto bersama. Olalah!

"Setelah saya muncul di pansus, saya kan langsung umroh dengan istri," kata Susno membuka kisahnya. "Baru juga turun dari pesawat di airport Jeddah, beberapa orang langsung meminta foto, ya berfotolah kami."

Itu baru di Jeddah. Lanjut Susno, ketika ia berkunjung ke Mekkah buat sholat, ternyata ada sekitar tiga orang sudah menunggu di belakangnya. Bukan buat ikutan sholat, tetapi minta difoto.

"Saya kaget ada tiga orang ada di belakang saya. Mereka bilang, 'Bapak Susno ya?', saya jawab 'iya'. Mereka langsung mohon izin bisa foto bareng dengan saya," ungkapnya.

Belum cukup mendapat pengalaman menjadi seorang "selebritis", para pramugari di pesawat yang ditumpanginya juga minta foto bareng. Tentu ia nggak bisa mengelak. Meski sedikit dicemberuti oleh sang istri, Susno tetap harus meladeni keinginan pramugari-pramugari yang cantik-cantik itu.



Begitulah Susno kini. Ia boleh saja dibenci banyak orang, tetapi kini ia bak "selebriti". Undangan menghadiri event-event yang kebetulan membutuhkan narasumber seperti dirinya pun mengalir. Nggak cuma di Jakarta, tetapi di beberapa kota.

Nggak akan lama lagi, akan keluar buku terbitan Gramedia tentang dirinya. Kalo cuma buku biografi dari seseorang yang dibayar, sehingga tulisan di buku itu jadi nggak objektif mah banyak. Apalagi kalo yang menulis tokoh yang diceritakan dibuku itu atau otobiografi. Namun buku yang akan terbit per tanggal 24 Februari 2010 ini cukup unik, yakni sebuah buku hutang budi seorang wartawan pada diri Susno.

"Wartawan yang menulis buku ini dalam rangka penyesalan terhadap saya," ujar Susno. "Sebelum menulis buku, wartawan ini adalah salah seorang pembenci terberat saya. Apa yang saya katakan di televisi, selalu dipersepsikan negatif olehnya. Sampai kemudian, ia berjumpa dengan saya dan berbalik 360 derajat."

Ia menyesali perbuatannya, karena membenci Susno. Apa yang dahulu si wartawan lihat dengan kenyataan dianggap berbeda. Dari situlah buku tentang Susno ini terbit. Susno mengaku nggak mengintervensi isi buku ini agar isinya baik-baik saja. Ini dilakukan supaya objektif. Jelek dan bagus sepak terjang dan tingkah laku Susno, ditulis di buku ini.

"Saya cuma mengkoreksi keakurasian data," jelas Susno. "Misalnya tempat lahir saya, tanggal lahir, dan beberapa hal lain. Kalo soal content, nggak ada yang saya rubah."

Uniknya, meski buku ini sudah diproduksi oleh penerbit kecil di Yogya, Susno menawarkan ke penerbit Gramedia. Eh, penerbit ini membeli hak ciptanya pada penerbit dari Yogya itu. Kalo sebelumnya cuma dicetak 5.000 eksemplar, di Gramedia buku tentang Susno ini dicetak sekitar 150 ribu eksemplar.

"Dari satu buku, wartawan itu mendapat royalti seribu rupiah. Kalo terjual semua, maka ia akan mendapat uang satu miliar lebih. Rezeki dia."

Begitulah Susno. Di tengah hujatan pada dirinya, ia kini menjadi orang yang sangat populer. Semua orang mengejarnya, entah itu mau foto, menjadi pembicara, atau membuat buku. Kini, saking populernya, ia nggak bisa menghindar dari banyak orang. Apa yang dialami Susno sekarang, mirip dengan pepatah lawas: you can run, but you can't hide!

"Wong di Singapura aja, saat lagi mendorong kereta bayi, ada orang dari Surabaya yang menghentikan saya dan minta difoto," jelasnya. "Kirain di luar negeri bisa bebas, eh ternyata tampang dan kisah saya diketahui mereka yang tinggal di luar negeri juga."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar