Senin, 26 Maret 2012

TOUR OF BADUY DALAM # 3: PRIA TAMPAN BADUY DALAM YANG MEMBUAT HISTERIS

Mobil Elf memasuki sebuah rumah di kampung Cijahe, desa Kanekes, kecamatan Leuwidamar, kabupaten Lebak, Banten. Di rumah tersebut sudah menunggu 6 orang dari Baduy Dalam. Sebelum keenam orang tersebut muncul, salah seorang melambaikan tangan kepada sopir kami, memberi tanda agar berhenti di depan rumah tersebut.

Ya, Allah, ganteng pisan,” komentar salah seorang rekan kami dari dalam mobil begitu melihat pria muda yang melambaikan tangan tadi.

Selama ini, kami sering mendengar bahwa penduduk Baduy Dalam itu tampan dan cantik. Ketampanan dan kecantikan mereka bukan polesan kosmetik, tetapi benar-benar alami. Kulit mereka juga terkenal halus. Mereka pun tidak bau badan, meski konon kabar mereka tidak setiap hari mandi. Saat mandi pun tidak menggunakan sabun atau pembersih kimia lain.

Syapri, begitulah nama pria muda tampan yang membuat histeris seluruh wanita di tim Tour of Badui Dalam ini. Saat ini Syapri berusia 18 tahun dan jika tidak ada rintangan pada bulan September 2012 nanti, ia akan melangsungkan pernikahan dengan seorang gadis yang sudah ditunjuk oleh Pu’un sebagai pendamping hidupnya.

Selain Syapri, orang Baduy Dalam yang menjemput kami adalah Sarip, Sarja, Sarta, dan Sarid. Sementara pimpinan kelompok penjemput kami adalah pak Narja. Barangkali Anda heran, kenapa nama pria yang menjemput kami huruf depan “S”. Bahwa nama tersebut adalah pemberian Pu’un.


Ini dia Syapri, pria Baduy Dalam. Tampan bukan?

Dalam kampung Baduy Dalam, kedudukan Pu’un sangatlah dihormati, bahkan disucikan. Menurut warga setempat, kedudukan Pu’un seperti seorang Presiden dalam sebuah negara. Sebab, selain sebagai pemimpin kampung, ia adalah pengatur hukum adat dan pengambil keputusan. Baik penentuan masa tanam, masa panen, sanksi adat, mengobati orang sakit, jodoh, nama anak, dan letak rumah, dikonsultasikan ke Pu’un.

Oleh karena Pu’un sangat dihormati dan disucikan, tak semua orang bisa berjumpa dengan Pu’un. Ia pun jarang keluar rumah. Segala operasional sehari-hari dilakukan oleh seorang yang menjabat sebagai Jaro. Pu’un memiliki rumah khusus, sebagaimana Presiden memiliki Istana Negara. Rumah ini akan ditempatkan ke Pu’un berikut. Tempat mandi Pu’un pun khusus, tidak di sungai sebagaimana penduduk biasa.

Perkataan Pu’un sangat ditaati warga Baduy Dalam. Sebab, menurut kabar, seorang Pu’un bisa membaca pikiran seseorang, baik itu pikiran baik maupun buruk. Tak heran jika seorang Pu’un pasti memiliki ilmu yang sangat tinggi. Saking tinggi, Pu’un seringkali didatangi oleh sejumlah pejabat, pengusaha, dan orang-orang ambisius lain untuk berkonsultasi meminta kekayaan, jabatan, dan kesuksesan duniawi. Biasanya, setelah dibacakan mantra, para tamu kota ini akan diberikan jimat. Alhamdulillah, kami tidak melakukan aktivitas yang mengarah pada kesyirikan itu. Tujuan kami ke Baduy Dalam lebih ingin belajar hal tetang kedisiplinan, kejujuran, kesederhanaan, dan juga kerendahan hati.

Kembali ke nama “S” pemberian Pu’un. Bahwa huruf depan pada pria Baduy Dalam harus berdasarkan nama depan sang ibu. Jika nama depan si ibu “S”, maka huruf depan pada nama anak laki-laki tersebut harus “S”. Sebaliknya, huruf depan pada nama anak perempuan itu berdasarkan huruf depan sang bapak.

Tepat pukul 15:55 WIB, kami berangkat menuju ke Baduy Dalam. Seperti sudah diduga, keenam warga Baduy Dalam tersebut selain membantu menjadi penunjuk jalan, mereka juga bertugas membantu kami mengangkut ransel. Awalnya saya sok kuat membawa ransel besar yang cukup berat, tetapi begitu mereka menawarkan untuk membawakan, saya curiga, pasti medan yang akan kami tempuh akan berat.


Kalo fisik Anda nggak OK, mending jangan berani-berani pergi ke Baduy Dalam, deh. Sebab, bakal menyusahkan banyak orang.


Benar, dugaan saya. Medan yang kami lalui berat. Kami harus naik dan turun bukit. Makin berat, ketika melewati tanah yang benar-benar becek dan licin, akibat tersiram hujan. Tak heran sebagian teman saya ada yang sempat terpeleset jatuh atau sekadar sepatu sandalnya sulit untuk digerakkan, karena lengket dengan tanah.

Bagi Anda yang tidak terbiasa berjalan kaki, olahraga, atau smoker, pasti akan mengalami kelelahan menghadapi medan ini. Bukan cuma pegal kaki, tetapi juga nafas yang ngos-ngosan. Anda jangan membayangkan jalan sehat di kebon teh di Puncak, karena medan itu belum apa-apa.

Teman-teman dari Baduy Dalam ini luar biasa. Ketika hampir semua anggota tim ngos-ngosan dan beristirahat beberapa detik untuk menghilangkan keletihan, mereka tetap lincah bergerak. Padahal mereka membawa ransel-ransel kami yang cukup berat. Bahkan sesekali dengan gesit mereka mendahului anggota tim untuk membantu agar tidak terpeleset.

Apa sih rahasianya, Pak?” tanya saya, menyelidik pola mengatur nafas di medan sebarat itu.

Ya jalan dan nafas seperti biasa aja,” ujar pak Narja merendah sambil tersenyum.

Pasti bisa, karena biasa. Teman-teman dari Baduy Dalam ini sudah terlatih jalan di medan ini, naik dan turun di bukit yang curam, licin, dan becek. Mereka juga pasti terbiasa cepat berjalan, menyusuri perlintasan di bukit ini. Tidak seperti kami yang buat mereka cukup lambat. Tak heran, jarak 7 KM yang seharusnya oleh orang Baduy Dalam bisa ditempuh dalam tempo 45-60 menit, jadi 145 menit.

(bersambung)

1 komentar: