Pada Idul Adha kemarin, saya dan keluarga menyempatkan diri berlibur ke Majalengka. Selama ini, Majalengka dijuluki sebagai "kota pensiunan". Julukan ini muncul, lantaran banyak pensiunan yang membeli rumah dan menghabiskan masa pensiun di Majalengka. Harap maklum, nggak seperti kota besar atau kota metropolis kayak Jakarta, Majalengka masih relatif sepi. Padahal, julukan sebagai "kota pensiun" nggak terbukti 100%. Masih banyak warga produktif yang tinggal di kota ini.
Ada hal menarik selama berada di Majalengka, yakni pabrik-pabrik kecap tradisionalnya masih bertahan sampai kini. Mohon jangan membayangkan kata "pabrik" sebagai sebuah gedung raksasa yang memproduksi produk berskala besar. "Pabrik" yang dimaksud di sini sebetulnya masih dikategorikan sebagai home industry. Namun, apapun istilahnya -mau pabrik, mau home industry-, warga yang memproduksi kecap tradisional masih banyak jumlahnya. Oleh karena banyak, maka pabrik kecap akhirnya menjadi tujuan wisata menarik di Majalengka. Jadi, nggak afdol kalo plesiran ke Majalengka nggak mampir ke salah satu pabrik kecap tradisionil.
Inilah salah satu merek kecap tradisional Majalengka. Mereknya anti-mainstreem: "Ban Bersayap"...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar