Pujian tersebut diucapkan dari mulut seorang pria bernama Bondan. Bukan Bondan Prakoso, pemusik yang berhasil me-remix lagi lagu keroncong itu, lho. Tetapi Bondan yang dimaksud tidak lain adalah Bondan Winarno. Pria yang belakangan lebih ngetop sebagai pengila kuliner ketimbang menjadi penulis ini.
Menurut Bondan yang saya kutip dari DetikFood (Senin, 07/06/2010 10:38 WIB), sop butut lokal yang berkualitas itu cuma ada di empat tempat. Pertama di Jakarta Pusat, lalu di Bogor, dan di Mojokerto. Nah, yang keempat menurutnya istimewa, yakni sop butut di Dahapati, Bandung, Jawa Barat. Kata Bondan, sop buntut Dahapati adalah sop buntut yang paling baik di dunia.
“Ah, macaa ciiiiiiihhhh!” komentar saya.
Kedai sop buntut ini ada di dalam rumah jadul.
Tulisan mengenai Bondan yang di-copy dari DetikFood itu dipajang di hampir seluruh tembok di kedai sop buntut Dahapati ini. Komentar saya tersebut saya ucapkan dalam hati, sebelum mencicipi sop butut yang katanya enak itu.
Saya biasanya memang cenderung apriori atau skeptis atau apalah namanya, kalo melihat ada sebuah kedai atau warung yang mengantungkan tulisan-tulisan atau artikel-artikel kayak begitu, apalagi yang dipajang baru satu tulisan doang. Bukan media cetak pula. Tahu sendirilah, terkadang para penulis di media cetak (maaf!) bisa dibayar, kok. Dengan beberapa ratus ribu rupiah, mereka diminta untuk menulis yang bagus-bagus tentang kedai, resto, atau warung tempat mereka mencicipi masakan. Istilahnya, wartawan amplop gitu, bo! Memang sih nggak semua wartawan kayak begitu sih.
Ini dia sop buntut yang dipuji habis-habisan oleh Bondan.
Rasa apriori akhirnya hilang. Sop buntut Dahapati ini memang enak. Buat saya, harga semangkuknya pun nggak terlalu mahal, yakni 35 ribu perak. Namun kalo sop buntut bakar harganya beda duaribu limaratus perak, yakni Rp 37.500. Harga segini jelas beda jauh dengan sop buntut di Jakarta, apalagi di Hotel Borobudur atau JW Marriot (ya, jelas muahal!) yang ternyata nggak masuk dalam daftar sop buntut enak versi Bondan. Padahal kita tahu bersama, sop butut di Hotel Borobudur itu legend banget. Nggak cuma public figure yang merasakan kelezatannya, tetapi pejabat, petinggi negara, maupun kalangan asing kayak diplomat dan duta besar mengangguk setuju kalo sop buntut Hotel Borobudur yang sudah ngetop sejak tahun 1973 itu mak nyos. Tapi kenapa nggak masuk hitungan Bondan ya?
Anyway, harga sop buntut Dahapati ini masih mirip dengan sop buntut di depan bioskop Viva Tebet, samping Jakarta Design Center, di jalan Menteng, sebelah hotel Regent, atau di jalan Sabang. Jadi kalo kebetulan Anda pengemar sop buntut dan kangen makan sop buntut yang banyak beredar di Jakarta yang sudah saya sebutkan tadi, nggak ada salahnya mampir ke Dahapti.
“Memang benar enak seperti yang dikatakan Bondan,” komentar saya yang lagi-lagi dalam hati. “Tapi kalo sampai dibilang the best in the world mah kayaknya terlalu berlebihan deh si Bondan ini...”
all photos copyright by Brill
warung buntut & iga ibu yunce di tebet jl.kyai.hj,syafe'ie no.6 juga enaaaaaaaakkkkk baaaaanggggeeettttttttt
BalasHapusBelom pernah ke situ. Nanti kalo mampir ke Tebet dan inget dg warung buntut & iga Ibu Yunce, saya mau mampir aaahhh...
HapusMakasih infornya mbak Putri & makasih sdh mampir ke lapak saya.. salam kuliner!.