Kamis, 15 Juli 2010

BAJAJ NO, BENTOR YES!

Bagi anda penggemar bajaj, jangan berharap menemukan bajaj di Makassar. Kecintaan anda pada bajaj akan kandas dan anda akan menangis tersedu-sedu, bagai pacar yang kehilangan pasangannya. Hiks!

Namun nggak perlu kecewa. bajaj nggak ada, bentor pun jadi. Memang antara bajaj dengan bentor beda. Bajaj itu bunyinya berisik dan bikin kuping budeg kalo naik, bentor enggak. Penumpang bajaj duduk di belakang sopir, sementara penumpang bentor duduknya di depan.

Bentor itu memang lebih mirip becak. Namun kenapa saya bandingan bentor dengan bajaj, ya pertama karena baik bajaj dan bentor sama-sama menggunakan bahan bakar. Kalo becak kan bahan bakarnya adalah nasi. Soalnya si penggowes becak kudu makan nasi supaya becaknya bisa digowes.


Daeng, mantan driver hotel yang terpaksa jadi tukang bentor.

Persamaan lain bentor dengan bajaj adalah roda bentor ada tiga. Kecuali kalo ban bentor-nya copot, nah itu lain perkara, bannya jadi dua. Persamaan terakhir, baik naik bentor maupun bajaj nggak boleh ngutang. Bayar harus cash.

Entah kenapa Makassar tidak ada bajaj. Apakah orang-orang Makassar nggak suka kendaraan umum berisik model bajaj? Atau nggak suka melihat body bajaj yang mulutnya monyong begitu. I don't know for sure baby.

Yang pasti, selama jalan-jalan ke Makassar ini, saya menikmati bentor. Ya, begitulah kalo jalan-jalan nggak pake mobil rental, saya pasti lebih menikmati naik kendaraan umum ketimbang naik taksi.



Nggak semua tempat di Makassar ada bentor-nya, lho. Yang paling banyak di jalan Adhyaksa sampai mal Panakukang.

Menurut Daeng yang bentornya saya naiki, harga bentor ini bervariasi. Ada yang cuma Rp 11 juta, ada yang sampai 18 juta perak.

"Ya tergantung motornya, pak," kata Daeng. "Kalo motornya baru, ya tentu mahal harga bentornya. Kalo motornya bekas, ya murah."

Betor milik Daeng yang saya naiki harganya 15 juta perak. Itu pun menurutnya masih dicicil pembayarannya.

"Habis duitnya nggak ada Pak kalo beli cash," ujar mantan driver hotel Aryaduta, Makssar ini.

Yang pasti, harga kursi bentor sama, yakni 4,6 juta perak. Dengan harga segitu, anda akan mendapatkan kursi kulit berwarna ngejreng yang dibalut dengan kain plastik supaya tidak cepat rusak.

Untuk ukuran kursi cukup murah ya kalo dibandingkan dengan kalo kita mau "beli" kursi di DPR? Kalo harga kursi di DPR rata-rata minimal Rp 1,5 miliar. Itu pun belum tentu bisa "terbeli".

Saya yakin, meski kelak akan mendapatkan gaji minimal Rp 50 juta per bulan dengan aneka fasilitas, Daeng tetap lebih memilih beli kursi bentor ketimbang kursi di DPR. Habis harganya belinya mahal, bo!

all photos copyright by Brill

Tidak ada komentar:

Posting Komentar