Saya adalah satu dari jutaan orang yang tidak punya kebun. Beruntunglah Anda yang masih punya kebun, baik tepat di rumah Anda, maupun lahan luas di luar kota milik Anda. Namun “kemiskinan” saya -karena tidak memiliki kebun- tidak serta merta membuat saya frustrasi. Alhamdulillah, istri saya berhasil menjerumuskan saya ikut komunitas yang mengajak saya (baca: kami) yang tidak punya kebun, tapi punya passion berkebun.
Sore ini, untuk kesekian kalinya saya ikut komunitas “Jakarta Berkebun”. Kali ini, kami -para anggota- diajak menanam bibit beberapa tanaman, mulai dari jaggung sampai tomat. Sebelumnya, saya dan keluarga sempat mengikuti aktivitas panen ubi di kebun yang sama, yakni di sebuah tanah milik Springhills, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Nggak cuma orangtua, tetapi anak-anak juga bisa turut serta di Jakarta Berkebun. Nggak ada kriteria macam-macam, jika Anda tertarik, silahkan gabung.
Kenapa sih di Springhills? Kebetulan lokasi di Kemayoran ini merupakan pilot project yang akan diterapkan di berbagai pelosok Jakarta, dan di kota-kota besar lainnya. Di lahan yang baru di-launch Februari 2011 ini, Jakarta Berkebun meminjam area kosong seluas 10.800 meter persegi milik Springhill Group di kawasan The Royale Springhill Residence, Kemayoran.
“Seru!”
Yap! begitulah suasana Jakarta Berkebun. Betapa tidak, bagi kami yang tidak memiliki lahan besar untuk berkebun serasa memiliki: bisa tanam sendiri, memanen sendiri. Namun sebelum memanen, kita diberikan ilmu berkebun dulu oleh sang Kepala Sekolah Jakarta Berkebun, yakni Ibu Ida.
“Berkebun nggak harus punya kebun,” ujar Ibu Ida di hadapan anggota komunitas Jakarta Berkebun. “Kalo kita nggak punya kebun, tanam di pot. Kalo nggak punya pot, tanam di kaleng bekas biskuit”.
Intinya, dimana pun kita bisa berkebun. Di tengah keterbatasan lahan di Jakarta, berkebun ternyata bisa dimana saja, seperti kata Ibu Ida di atas tadi. Nah, kalo Anda penasaran ingin berkebun di halaman yang luas seperti saya, sepertinya Anda wajib ikut komunitas Indonesia Berkebun ini.
Sekadar info, Jakarta Berkebun ini digagas oleh Ridwan Kamil -seorang arsitek terkemuka- untuk mencoba ‘menyelipkan’ suasana pedesaan yang lebih alami dan hijau di antara rimba pusat perbelanjaan dan bangunan beton di Ibu Kota.
Jakarta Berkebun memanfaatkan ruang-ruang terbengkalai, baik tanah-tanah yang tidak terurus, yang belum dibangun, atau tanah-tanah sisa yang memang tidak dimanfaatkan, sehingga dapat difungsikan menjadi ruang terbuka hijau (RTH). Milly Ratudian Purbasari, pemimpin gerakan Jakarta Berkebun, memaparkan bahwa hal itu memprihatinkan karena pada akhirnya lahan-lahan kosong itu hanya menjadi tempat penimbunan sampah dari tempat-tempat di sekitarnya.
Baik Ridwan maupun Milly berharap, kemunculan Jakarta Berkebun pada akhirnya akan berdampak meluas ke seluruh daerah seperti Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Bahkan komunitas berkebun ini menyebar juga di beberapa kota seperti di Banten, Padang, Solo, Pontianak, Tasikmalaya, Medan, dan Semarang.
Yuk kita berkebun!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar