Jangan sekali-kali mengaku warga asli Tebet kalo tak kenal nama Edi. Bagi mereka yang masih tinggal di Tebet sampai dengan tahun 80-an, mie ayam yang mangkal di sebuah sekolah dasar ini sangat legend. Bukan cuma soal rasa, tetapi harganya relatif terjangkau untuk ukuran warga menengah ke bawah.
Di samping sekolah yang dikenal dengan sebutan SD Bedeng itulah Edi pertama kali mangkal. Dengan modal gerobak reot, Edi memulai usaha mie ayamnya, dimana awalnya untuk murid-murid SD itu dan warga sekitar Tebet Timur Dalam. Waktu itu harganya masih 250 perak semangkuk.
“Waktu itu harganya baru,” ujar pria bernama asli Mulyadi ini.
Nyatanya mie ayam Edi tidak cuma tersohor di kalangan guru-guru, murid-murid SD Bedeng, maupun warga Tebet Timur Dalam, tetapi hampir seluruh Tebet mengenal mie ayam Edi, sebagaimana warga Tebet mengenal warung tegal mojok yang dikenal dengan nama Warmo.
Saking tergila-gila dengan mie Edi banyak pelanggan yang punya pengalaman buruk makan di mie Edi, tak kapok datang lagi ke situ. “Padahal ada pelanggan yang sempat kehilangan mobil pas makan,” kata pria asal Boyolali ini. “Waktu makan ada orang yang sudah teriak-teriak ‘mobilnya jalan sendiri tuh!’, eh tapi dia tetap makan mie saya”.
Ada lagi cerita soal pelanggannya yang kaca mobilnya sempat dipecahkan maling, tetapi dia cuek dan tetap menyantap mie Edi. Padahal seluruh barang pribadi yang ada di dalam mobil ludes dicuri. Nampaknya, pelanggan itu lebih sayang kehilangan kenikmatan menyantap mie Edi, ketimbang barang-barang milik pribadi yang ada di dalam mobil.
“Kalo datang ke mie Edi, rasanya seperti mengingat masa kecil dulu,” ujar Sindhi, salah seorang warga asli Tebet yang kini bermukim di Cempaka Putih.
Selain Sindhi, banyak pelanggan Edi yang masih setia menyantap mie buatannya. Hebatnya, para pelanggannya itu sudah menjadi “orang”. Ada yang sudah menjadi bos di perusahan besar, pengusaha, bahkan ada seorang pelanggan yang sekarang menjadi anggota DPR RI periode 2009-2014.
Sejak tahun 2006, Edi tidak mangkal lagi di Tebet Timur Dalam. Padahal hampir seluruh warga Tebet tau, Edi mangkal di situ. Warung mie Edi kini berada persis di samping Pasar di dekat stadion Persatuan Sepakbola Tebet Timur (PSPT), tepatnya di Tebet Timur Dalam Raya no. 64.
“Saya mulai kontrok dengan harga Rp 11 juta tahun, kini (di tahun 2011) sudah Rp 25 juta per tahun,” ujar Edi.
Tampak muka warung mie Edi di Tebet Timur Dalam Raya.
Kini selain dibantu empat asistennya, Edi juga dibantu oleh anak pertamanya. Sepertinya, anak pertama dari 3 anaknya ini akan dipersiapkan menggantikan usaha mie ayamnya yang sudah melegenda di Tebet ini. “Tadinya saya sudah bilang pada anak saya kalo memang nggak niat kuliah, ya usah kuliah. Ternyata dia nekad kuliah, eh tetapi baru semester ke-9 sudah keluar dan kawin,” ungkap Edi berkisah tentang anaknya yang sempat kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Nasional (Unas).
Saya bukan warga asli Tebet, tetapi tiap kali meluncur ke Tebet, biasanya akan menyantap mie Edi ini. Kalo tidak menyantap mie ayamnya, biasanya saya menyantap semangkuk mie goreng plus es teh manis.
Jadi pengen nyoba makan mie Edi :)
BalasHapussemoga berkah terus usaha mie nya pak Edi :)
kang Jaya, terimakasih infonya :)
Sama2 mbak Dewi. Tinggal di Tebet ya? Sering ke mie Edi di pasar PSPT...hehehe
HapusTop rasane
BalasHapusJd inget almarhum bapak pernah ikut kerja pakde pas dibelakang sd.
BalasHapus