Rabu, 08 Juni 2011

JAKARTE PUNYE CERITE

Tak lama lagi, Jakarta akan berulangtahun ke-484. Dalam rangka HUT Jakarta, saya mencoba membuat beberapa fakta perkembangan ibukota ini paska-penjajahan Belanda. Saya tidak akan bercerita lagi mengenai kemenangan pasukan Fatahillah melawan pasukan Belanda dalam merebut tanah Batavia.

Kisah mengenai sejumlah fakta mengenai pembangunan Jakarta di bawah ini saya ambil dari berbagai sumber dan tidak berurutan. Semoga bermanfaat untuk Anda sebagai referensi sejarah Jakarta. Selamat membaca!

1. Sebelum pendudukan balatentara Jepang, diperkirakan penduduk Jakarta sekitar 500.00 jiwa. Antara tahun 1948-1951, terjadi migrasi dan urbanisasi rata-rata tiap tahun 118.563 jiwa. Jadi bisa dikatakan, sejak Jakarta baru berdiri dan bernama Kotapraja Jakarta sudah memikul beban dari kota-kota lain. Tak heran awal tahun 50-an, penduduk Jakarta mencapai 2 juta jiwa.

2. Parcaya tak percaya, awalnya wilayah Kebayoran semula diperuntukan lapangan terbang baru. Namun akhirnya Kebayoran dijadikan kota satelit untuk mengatasi kebutuhan perumahan.

3. Rancangan awal wilayah Kebayoran -yang memiliki luas 730 hektar ini- dibuat oleh Ir. V.R. van Romondt pada 1937. Konsep Romondt Kebayoran adalah kota taman.

4. Sampai sekarang wilayah sekitar Blok M masih sering disebut CSW. Padahal CSW itu bukan nama sebuah wilayah, tetapi sebuah yayasan yang punya hak merancang pembangunan di sekitar situ pada tahun 1948. CSW sendiri singkatan dari Centrale Strichting Wederopbouw.

5. Dari tahun 1950 sampai tahun 1952, pemerintah daerah DKI Jakarta membuka daerah-daerah baru, yang semula rawa atau kebun peninggalan Belanda. Ada 205 hektar tanah yang dibuka untuk perumahan, perkampungan, sekolah, dan pabrik, yakni di daerah jalan Plaju, Kebon Sereh, Grogol, Rawasari, Tanah Tinggi, Sentiong, dan Pejompongan.

6. Mampang Prapatan dahulu adalah kawasan peternakan rakyat. Sampai tahun 2011, masih tersisa peternakan sapi perah.

7. Pada 1950, ada 4 status tanah di Jakarta, yakni tanah kotapraja, tanah negara, tanah pribadi, dan tanah swasta. Sekitar 3.566 hektar tanah swasta yang berada dalam kondisi tidak terurus, berubah menjadi perkampungan sesak dan kumuh.

8. Atas bantuan dari Amrika Serikat, jalan by pass yang dikenal dengan jalan Ahmad Yani yang menghubungkan Tanjung Priuk-Cawang diresmikan pada 23 Oktober 1963. Jalan ini difungsikan setelah pemerintah membuka beberapa lahan di sekitar itu, antara lain 270 hektar di wilayah Pulomas serta 300 hektar di Cipinang Galur.

9. Sampai dengan tahun 1961 pemerintah Jakarta masih mengeluarkan ketentuan besar dan ketinggian bangunan di beberapa jalan protokol. Misal di jalan Thamrin, jalan Sudirman, dan jalan Kramat Raya, jalan Salemba Raya, jalan Matraman Raya, sampai Jatinegara ditetapkan, ketinggian bangunan tidak boleh lebih dari 4 lantai. Antara Slipi, Mampang Prapatan, segitiga Cawang sampai persimpangan Celilitan ketinggian bangunan tidak boleh lebih dari 3 lantai.

10. Pada 1961 digulirkan proyek Cempaka Putih yang sifatnya non-profit. Di atas luas wilayah 235 hektar, didirikan perumahan pegawai Pemda, dimana dana pertama diperoleh dari perusahaan-perusahaan yang bekerjasama dengan Pemda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar