“Doomsday preppers!”
Begitu kata Andy Fadly Arifudin 
alias Fadly tentang rumah kebunnya di Pondok Cabe, Tangerang Selatan. 
Jelas vokalis band Padi ini, konsep rumah dengan kebun aneka tumbuhan 
ini sengaja ia buat untuk kebutuhan sehari-hari, terutama kebutuhan akan sayuran organik dan protein hewani. 
“Kita makan apa yang kita tanam,” ujarnya. 
Istilah doomsday preppers (DP) atau ‘preppers kiamat’ ini diakuinya, saat ia nonton di National Geographic (Nat  Geo), yakni di situs www.gardenpool.org. DP adalah acara reality showdi kanal National Geographic (NatGeo). Konsepnya menggambarkan aktivitas orang-orang yang mempersiapkan diri menghadapi akhir peradaban.  Salah satu persiapan adalah memproduksi sendiri kebun berisi tanaman untuk kebutuhan hidup. Sehingga, pada saat musim kelaparan tetap memiliki stok makanan.
 “Saya pikir (DP) ini sama dgn yang saya bikin. Cuman orang Amerika
 lebih lengkap. Mereka bersiap untuk kejatuhan Dollar. Saya merasa, kita
 semua sudah berada di akhir zaman, dimana suatu saat tanaman akan 
menjadi alat tukar.”
Bloggers,
 terlepas dari fenomena DP, saya beruntung bisa berkunjung ke rumah 
kebun Fadly Padi siang kemarin. Kebetulan istri saya, Sindhi, yang aktif
 di #IndonesiaBerkebun
 mengabarkan pada saya, bahwa komunitas yang bergerak dalam berkebun, 
ingin melakukan kunjungan ke rumah Fadly. Sudah sejak lama saya ingin 
melihat rumah kebunnya yang inspiratif ini. Alhamdulillah, impian saya tercapai.
Bloggers,
 Fadly membangun kebun di atas tanah seluas 386 m2 ini sejak 2012. Di 
tanah ini, ada bangunanan. Sementara sekitar 150 m2 dipergunakan untuk 
kebun. Sebelum menjadi kebun, rumah pria
 kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 13 Juni 1975 sekadar rumah 
‘biasa’, sebagaimana rumah-rumah tetangga sebelahnya. Ada bangunan, plus
 tanah dengan tanaman ala kadarnya.
Ia
 membeli rumah kebun yang lokasinya di gang persis di seberang lapangan 
udara Pondok Cabe ini pada 2007. Saat itu, ia ditawari oleh Dika, pemain
 bas Ada Band, yang tak lain sepupunya. Si pemilik menjual tanah 
bersertarumah tua seluas kurang lebih 500 m2. Dari luas itu, Fadly dan 
Dika membagi dua.
“Saya mengambil tanah 386 meter persegi, plus bonus rumah tua ini, sementara Dika mengambil sisanya,” jelas suami Dessy Aulia ini.
Dua
 tahun setelah dibeli, barulah Fadly giat menjadikan rumahnya penuh 
dengan tanaman. Tak kurang dari pak choy, cabe, sereh, pohon salam, jahe
 merah, binahong, lengkuas, pandan, tomat, basil, timun suri, kacang 
panjang, dan kemangi. Ada pula buah-buahan, mulai dari alpukat, sirsak, 
manggis, jambu, pepaya, pisang ambon, dan durian. 
“Alhamdulillah, targetnya kebun ini bisa untuk kebutuhan sehari-hari,” ujar ayah dari Bilal, Aidan, Fathimah, dan Hasan ini.
Bloggers,
 melihat aneka jenis tanaman dan buah-buahan yang ada di kebun Fadly 
ini, jelas sudah bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Betapa tidak, 
ingin memasak sayur, tinggal ambil di kebun. Untuk lauk-pauk, ia juga 
memiliki kolam ikan. Jika sebelumnya, ia memelihara ikan lele, ketika 
saya berkunjung, yang ada di kolam adalah ikan nila.
“Di kolam ini lela cuma bertahan 2 bulan. Bukan karena mati, tapi kita makanin terus,” papar mantan vokalis Mr. Q. Band dari Surabaya, yang kini sedang mempersiapkan mengelola ribuan lele di dalam sebuah bekas watertoren ini.
Dalam mengelola kebunnya, Fadly cukup kreatif. Ia rajin mengumpulkan barang-barang bekas dan memanfaatkannya menjadi pot. Ada bekas bath tube, gentong air, botol minuman mineral, watertoren,
 dan barang bekas lain. Selain digunakan untuk pot, ia memanfaatkan 
botol minuman mineral untuk membungkus bambu-bambu yang menjadi 
penyangga tanaman di kebun itu.
“Bambu ini diplastikan supaya tidak kena rayap,” jelas Fadly, yang mengurus kebunnya ini bersama 2 orang lain. “Rayap
 nggak mungkin masuk, karena nggak ada celah untuk masuk, karena bambu 
sudah terbungkus plastik. Kalo kena air, bambu juga nggak cepat lapuk. 
Soalnya kalo penyangga nggak mau cepat lapuk harus pake kayu jati dan 
itu jelas mahal.”
Tentu
 untuk mengumpulkan, Fadly harus hunting. Namun, katanya, ia hunting 
jika mau cari kolam dan growbed untuk Aquaponic. Huntingnya pun dekat 
rumah. Khusus untuk bamboo, ia mengaku  punya teman penjual bambu dan lapak barang bekas, dimana biasa mengantarkan botol minuman mineral bekas dan bambu ke rumah kebunnya.
Selama ini, ia belajar berkebun dengan otodidak, termasuk belajar Aquaponic. Khusus Aquaponic, ia belajar dari YouTube dan berbagai sumber internet. Juga dari buku karya Sylvia Bernstein berjudul Aquaponics gardening.
Bagi Bloggers
 yang belum tahu, Aquaponics adalah campuran antara budidaya ikan atau 
peternakan ikan dan hidroponik atau budi daya tanaman dengan menggunakan
 sedikit tanah dalam sistem tertutup. Dengan naiknya harga bahan bakar 
dan pupuk, sementara pasokan air irigasi berkurang, Aquaponics bisa 
menjadi alternatif.
Menurut Sylvia Bernstein, “Aquaponics benar-benar merupakan sistem sirkulasi lahan basah, sehingga sistem itu berjalan tepat di tepi danau kami.”
 Sistem Aquaponic ini menarik dan semakin banyak orang di seluruh dunia berkebun Aquaponics, dan menikmati hasilnya: pasokan makanan yang sehat, aman dan lezat sepanjang tahun. Di India, Aquaponics dijadikan salah satu kegiatan ekonomi yang tumbuh paling cepat dalam 10 tahun terakhir ini.  Menurut Fadly, sibuknya hanya di awal-awal pada saat membangun system. “Setelah itu tingggal menyemai dan menanam. Jadi sebenarnya tidak terlalu menyibukkan.”
Selain tidak menyibukkan jika ssstem sudah berjalan, dari segi pendanaan pun relatif murah meriah. Ungkap Fadly, dana yang dibutuhkan untuk perawatan, paling cuma membayar tagihan listrik dan pembelian benih. Selama berkebun dengan Aquaponic ini, tagihan listriknya setiap bulan sekitar Rp. 200.000. Lalu, tenaga kerja cuma datang 2 kali sepekan.
“Mereka datang untuk nge-check mesin pompa.”
Bloggers, tentu saja, selain fokus berkebun dengan Aquaponic-nya,
 Fadly tetap bergabung dengan rekan-rekannya: Ari (gitar), Yoyo (drum), 
Rindra (bas), dan Piyu (gitar) di Padi. Maklumlah, ia adalah pendiri 
band yang didirikan pada 8 April 1997 ini. Belakangan, ia sedang 
mengerjakan proyek bersama Rindra, Yoyo, dan Stephan Santoso dengan nama
 Musikimia.
“Kita cuma berempat. Anggotanya memang minimalis, tetapi musiknya maksimalis,” jelas Fadly, yang aliran musiknya seperti Soundgarden atau Led Zeppelin. 
Musikimia
 ini adalah proyek Fadly dan kawan-kawan selama mengisi kekosongan Padi 
yang sedang vakum. Band ini sendiri dimanajeri oleh Ari, yang tak lain 
adalah gitaris Padi, selain gitaris utama: Piyu. Di Musikimia, selain 
menjadi Manajer, Ari juga bertindak sebagai co-Producer dan fokus di belakang layar. Saat ini mereka sedang mempersiapkan album.
Bloggers, sebelum
 saya dan teman-teman dari #IndonesiaBerkebun pamit pulang, Fadly sempat
 ditodong nyanyi. Awalnya ia malu-malu. Namun, karena didesak oleh 
permintaan para ‘ibu-ibu’, Fadly pun menyerah. Ia pun menyanyi sepotong 
lagu Padi sambil memainkan gitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar