Senin, 31 Mei 2010

EKSPEDISI JAWA TIMUR part I: MENGUNJUNGI GUNUNG PENANGGUGAN YANG NGGAK NGETOP

Di ujung pengabdian di tvOne, saya melakukan perjalanan bersama tim program Opini keliling Jawa Timur. Perjalanan ini saya sebut sebagai ekspedisi. Kenapa ekspedisi? Sebab bukan jalan-jalan biasa.

Oh iya, sebelum berpanjang lebar, saya kasih tahu dulu, program Opini adalah sebuah program variaty show yang tayang di tvOne setiap Senin sampai Jum'at. Salah satu segmen Opini adalah feature lokasi jalan-jalan di Indonesia maupun mancanegara.












Gunung Penanggugan dilihat dari pemukiman penduduk di Tretes.

Program ini dipandu oleh Farhan dan Indy Barends. Sebelumnya, Opini dipandu oleh Stany Agustaf dan Rahma Umaya. Sebelumnya lagi dipandu oleh Nico Siahaan dan Moza Pramita. Kok gonta-ganti host terus sih? Demi rating, bo!

Anyway, kebetulan ada teman baik saya yang menghadiahkan saya jalan-jalan ke Surabaya. Nah, luar biasanya, teman saya ini juga mengajak saya buat jalan-jalan ke beberapa lokasi di Jawa Timur. Inilah kesempatan emas buat saya melakukan jalan-jalan yang nggak biasa, dimana selanjutnya saya sebut sebagai sebuah ekspedisi.

Ekspedisi pertama di Jawa Timur saya lakukan ke Gunung Penanggugan. Terus terang saya dan tim belum pernah mendengar, apalagi mendekat ke Gunung ini. Harap maklum, gunung ini "nggak ngetop". Coba saja Anda cari di Wikipedia, nama Gunung ini pasti nggak muncul. Kasihan banget nggak sih?

Selama ini, saya cuma mendengar Gunung Bromo atau Gunung Semeru. Maklumlah kedua Gunung ini cukup ngetop, salah satunya ya karena tinggi. Kalo Gunung Bromo tingginya mencapai 2.192 meter di bawah permukaan laut (dpl), Gunung Semeru lebih tinggi lagi yakni 3.676 meter dpl.

Gunung Penanggugan terletak di antara wilayah Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasundan, Jawa Timur. Dahulu gunung ini adalah gunung berapi. Ketinggian Gunung Penanggugan memang nggak setinggi Gunung Bromo atau Gunung Semeru yang dianggap Gunung tertinggi di Jawa. Gunung Penanggugan tingginya cuma 1653 meter dpl.

Keunikian guning ini di puncaknya dikelilingi oleh delapan anak gunung. Ke-8 anak gunung tersebut letaknya berselang-seling, yang terdiri dari 4 anak gunung yang lebih tinggi seperti Gunung Kemucup (1238 m dpl), Gunung Sarahklapa (1235 m dpl), Gunung Bekel (1260 m dpl), dan Gunung Gajah Mungkur (1089 m dpl). Sementara ke-4 anak gunung ang lebih rendah, yakni Gunung Wangi (987 m dpl), Gunung Bende (1015 m dpl), Gunung Jambe (745 m dpl), dan Gunung Gambir (588 m dpl).

Penelitian arkeoogi di Gunung Penanggugan dimulai pada tahun 1900. Kisahnya ketika warga keturunan Belanda Broekvelt menemukan benda purbakala di Selokelir di tahun itu. Limabelas tahun kemudian, M Leydie Melville mengunjungi wilayah Gunung Penanggugan yang masih “perawan”. Di Gunung tersebut, Melville menemukan kembali benda purbakala, kali ini sebuah bangunan kuno, sebuah arca, batu-batuan bertulis, dan batu-batu umpak.















Saya dengan background Gunung Penanggugan.

Pada tahun 1921, De Vink mengunjugi daerah Gunung Bekel yang kelak diketahui memiliki ketinggian 1260 m dpl atau puncak yang paling tinggi di Gunung Penanggugan. Ia puncak Gunung ini, Vink menemukan bekas pertapaan dan sebuah batu, dimana pada batu tersebut tertulis angka tahun 1336 saka (1414 m). Dari berbagai penelitian di Gunung Penanggugan, dapat disimpulkan bahwa bangunan purbakala yang ada di Gunung ini didirikan antara tahun 977 sampai 1511.

all photos copyright by Brill

Tidak ada komentar:

Posting Komentar