Bangga! Barangkali kata itu yang tepat saya ungkapkan begitu tahu,
bahwa karya saya terpilih menjadi salah satu dari 10 finalis naskah
traveling #TerbitkanBukumu. Menurut pihak penyelenggara, yakni penerbit
BitRead, sebelum dipilih 10 naskah terbaik, ada ratusan naskah yang
masuk. Alhamdulillah, naskah saya berjudul Tour of Baduy Dalam terpilih.
Selain saya, sembilan teman saya lain yang berhasil masuk sebagai finalis naskah #TerbitkanBukumu adalah:
1. Wilda Hikmalia - Aku, Mereka, dan Ranah Jawa
2. Arini Tathagati - 10 Wisata Pusaka Nusantara
3. Rahmi Gustiah Putri - First Vacation
4. Galuh Diajeng Wulandari - Love Traveler
5. Rani Rahmawati - Cia-Cia sebuah kampung berbahasa unik
6. Christian Evan chandra - Ayo Jelajah Indonesia
7. Arif Rahman Nugraha - Cerita Dari Pelosok Negeri
8. Florentina Woro - Indonesia A-Z
9. Nur Baiti - Catatan Perjalanan Bolang Amatir
"...dibilang backpacker bisa,nggak dianggap ya bisa juga..." "...dibilang suka makan, ya begitu, dituduh tahu kuliner nggak juga..."
Sabtu, 05 September 2015
Jumat, 04 September 2015
Lumayanlah Dapat Bintang Tiga dari Goodreads
Buku saya, Surga di Timur yang diluncurkan pada Mei 2015 ternyata sempat diresensi oleh tim +Goodreads Indonesia. Alhamdulillah dapat tiga bintang.Lumayanlah!
Anda belum baca? Wah, sebaiknya Anda baca. Buku ini berisi catatan perjalanan saya keliling dari satu pulau ke pulau lain di Maluku Tengah. Selain info perjalanan, juga mengungkap sejarah yang ada di Pulau +banda naira, Pulau Saparua, dan pulau-pulau lain.
Bagi yang belum tahu, Goodreads adalah situs terbesar di dunia untuk pembaca dan rekomendasi buku. Misi Goodreads adalah membantu orang menemukan dan berbagi buku yang mereka minati. Situs yang memiliki 40 juta anggota ini sendiri diluncurkan pada Januari 2007.
Anda belum baca? Wah, sebaiknya Anda baca. Buku ini berisi catatan perjalanan saya keliling dari satu pulau ke pulau lain di Maluku Tengah. Selain info perjalanan, juga mengungkap sejarah yang ada di Pulau +banda naira, Pulau Saparua, dan pulau-pulau lain.
Bagi yang belum tahu, Goodreads adalah situs terbesar di dunia untuk pembaca dan rekomendasi buku. Misi Goodreads adalah membantu orang menemukan dan berbagi buku yang mereka minati. Situs yang memiliki 40 juta anggota ini sendiri diluncurkan pada Januari 2007.
Mengunjungi "Surga" di Timur

Sobat Backpacker! Sungguh saya beruntung bisa melawat ke kepulauan Maluku Tengah. Betapa tidak, di wilayah Timur Indonesia ini, saya menemukan "surga". Ada Banda Neira, Pulau Seram, maupun Pulau Saparua. Catatan perjalanan saya ke lokasi tersebut saya bukukan dalam sebuah buku berjudul "Surga di Timur". Selain membaca buku, tentu Anda pergi ke biro perjalanan semacam +Maluku Travel.
Selamat traveling!
cc +maluku post
Jumat, 28 Agustus 2015
Tulisan Karlsruhe-Jerman di Republika
Kala melancong ke Jerman, salah satu kota yang saya jelajahi adalah Karlsruhe. Nah, tulisan saya mengenai Karlsruhe ini saya kirimkan harian Republika beberapa waktu lalu. Berikut tulisan utuh yang dimuat di Republika Online (ROL), dimana diambil dari tulisan yang sudah diterbitkan di koran.
Selamat membaca!
Selamat membaca!
Minggu, 04 November 2012
Berkunjung ke Rumah Kebun Aquaponic Fadly Padi
“Doomsday preppers!”
Begitu kata Andy Fadly Arifudin
alias Fadly tentang rumah kebunnya di Pondok Cabe, Tangerang Selatan.
Jelas vokalis band Padi ini, konsep rumah dengan kebun aneka tumbuhan
ini sengaja ia buat untuk kebutuhan sehari-hari, terutama kebutuhan akan sayuran organik dan protein hewani.
“Kita makan apa yang kita tanam,” ujarnya.
Istilah doomsday preppers (DP) atau ‘preppers kiamat’ ini diakuinya, saat ia nonton di National Geographic (Nat Geo), yakni di situs www.gardenpool.org. DP adalah acara reality showdi kanal National Geographic (NatGeo). Konsepnya menggambarkan aktivitas orang-orang yang mempersiapkan diri menghadapi akhir peradaban. Salah satu persiapan adalah memproduksi sendiri kebun berisi tanaman untuk kebutuhan hidup. Sehingga, pada saat musim kelaparan tetap memiliki stok makanan.
“Saya pikir (DP) ini sama dgn yang saya bikin. Cuman orang Amerika
lebih lengkap. Mereka bersiap untuk kejatuhan Dollar. Saya merasa, kita
semua sudah berada di akhir zaman, dimana suatu saat tanaman akan
menjadi alat tukar.”

Bloggers,
terlepas dari fenomena DP, saya beruntung bisa berkunjung ke rumah
kebun Fadly Padi siang kemarin. Kebetulan istri saya, Sindhi, yang aktif
di #IndonesiaBerkebun
mengabarkan pada saya, bahwa komunitas yang bergerak dalam berkebun,
ingin melakukan kunjungan ke rumah Fadly. Sudah sejak lama saya ingin
melihat rumah kebunnya yang inspiratif ini. Alhamdulillah, impian saya tercapai.
Bloggers,
Fadly membangun kebun di atas tanah seluas 386 m2 ini sejak 2012. Di
tanah ini, ada bangunanan. Sementara sekitar 150 m2 dipergunakan untuk
kebun. Sebelum menjadi kebun, rumah pria
kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 13 Juni 1975 sekadar rumah
‘biasa’, sebagaimana rumah-rumah tetangga sebelahnya. Ada bangunan, plus
tanah dengan tanaman ala kadarnya.
Ia
membeli rumah kebun yang lokasinya di gang persis di seberang lapangan
udara Pondok Cabe ini pada 2007. Saat itu, ia ditawari oleh Dika, pemain
bas Ada Band, yang tak lain sepupunya. Si pemilik menjual tanah
bersertarumah tua seluas kurang lebih 500 m2. Dari luas itu, Fadly dan
Dika membagi dua.
“Saya mengambil tanah 386 meter persegi, plus bonus rumah tua ini, sementara Dika mengambil sisanya,” jelas suami Dessy Aulia ini.

Dua
tahun setelah dibeli, barulah Fadly giat menjadikan rumahnya penuh
dengan tanaman. Tak kurang dari pak choy, cabe, sereh, pohon salam, jahe
merah, binahong, lengkuas, pandan, tomat, basil, timun suri, kacang
panjang, dan kemangi. Ada pula buah-buahan, mulai dari alpukat, sirsak,
manggis, jambu, pepaya, pisang ambon, dan durian.
“Alhamdulillah, targetnya kebun ini bisa untuk kebutuhan sehari-hari,” ujar ayah dari Bilal, Aidan, Fathimah, dan Hasan ini.
Bloggers,
melihat aneka jenis tanaman dan buah-buahan yang ada di kebun Fadly
ini, jelas sudah bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Betapa tidak,
ingin memasak sayur, tinggal ambil di kebun. Untuk lauk-pauk, ia juga
memiliki kolam ikan. Jika sebelumnya, ia memelihara ikan lele, ketika
saya berkunjung, yang ada di kolam adalah ikan nila.
“Di kolam ini lela cuma bertahan 2 bulan. Bukan karena mati, tapi kita makanin terus,” papar mantan vokalis Mr. Q. Band dari Surabaya, yang kini sedang mempersiapkan mengelola ribuan lele di dalam sebuah bekas watertoren ini.

Dalam mengelola kebunnya, Fadly cukup kreatif. Ia rajin mengumpulkan barang-barang bekas dan memanfaatkannya menjadi pot. Ada bekas bath tube, gentong air, botol minuman mineral, watertoren,
dan barang bekas lain. Selain digunakan untuk pot, ia memanfaatkan
botol minuman mineral untuk membungkus bambu-bambu yang menjadi
penyangga tanaman di kebun itu.
“Bambu ini diplastikan supaya tidak kena rayap,” jelas Fadly, yang mengurus kebunnya ini bersama 2 orang lain. “Rayap
nggak mungkin masuk, karena nggak ada celah untuk masuk, karena bambu
sudah terbungkus plastik. Kalo kena air, bambu juga nggak cepat lapuk.
Soalnya kalo penyangga nggak mau cepat lapuk harus pake kayu jati dan
itu jelas mahal.”
Tentu
untuk mengumpulkan, Fadly harus hunting. Namun, katanya, ia hunting
jika mau cari kolam dan growbed untuk Aquaponic. Huntingnya pun dekat
rumah. Khusus untuk bamboo, ia mengaku punya teman penjual bambu dan lapak barang bekas, dimana biasa mengantarkan botol minuman mineral bekas dan bambu ke rumah kebunnya.
Selama ini, ia belajar berkebun dengan otodidak, termasuk belajar Aquaponic. Khusus Aquaponic, ia belajar dari YouTube dan berbagai sumber internet. Juga dari buku karya Sylvia Bernstein berjudul Aquaponics gardening.
Bagi Bloggers
yang belum tahu, Aquaponics adalah campuran antara budidaya ikan atau
peternakan ikan dan hidroponik atau budi daya tanaman dengan menggunakan
sedikit tanah dalam sistem tertutup. Dengan naiknya harga bahan bakar
dan pupuk, sementara pasokan air irigasi berkurang, Aquaponics bisa
menjadi alternatif.
Menurut Sylvia Bernstein, “Aquaponics benar-benar merupakan sistem sirkulasi lahan basah, sehingga sistem itu berjalan tepat di tepi danau kami.”
Sistem Aquaponic ini menarik dan semakin banyak orang di seluruh dunia berkebun Aquaponics, dan menikmati hasilnya: pasokan makanan yang sehat, aman dan lezat sepanjang tahun. Di India, Aquaponics dijadikan salah satu kegiatan ekonomi yang tumbuh paling cepat dalam 10 tahun terakhir ini. Menurut Fadly, sibuknya hanya di awal-awal pada saat membangun system. “Setelah itu tingggal menyemai dan menanam. Jadi sebenarnya tidak terlalu menyibukkan.”
Selain tidak menyibukkan jika ssstem sudah berjalan, dari segi pendanaan pun relatif murah meriah. Ungkap Fadly, dana yang dibutuhkan untuk perawatan, paling cuma membayar tagihan listrik dan pembelian benih. Selama berkebun dengan Aquaponic ini, tagihan listriknya setiap bulan sekitar Rp. 200.000. Lalu, tenaga kerja cuma datang 2 kali sepekan.
“Mereka datang untuk nge-check mesin pompa.”

Bloggers, tentu saja, selain fokus berkebun dengan Aquaponic-nya,
Fadly tetap bergabung dengan rekan-rekannya: Ari (gitar), Yoyo (drum),
Rindra (bas), dan Piyu (gitar) di Padi. Maklumlah, ia adalah pendiri
band yang didirikan pada 8 April 1997 ini. Belakangan, ia sedang
mengerjakan proyek bersama Rindra, Yoyo, dan Stephan Santoso dengan nama
Musikimia.
“Kita cuma berempat. Anggotanya memang minimalis, tetapi musiknya maksimalis,” jelas Fadly, yang aliran musiknya seperti Soundgarden atau Led Zeppelin.
Musikimia
ini adalah proyek Fadly dan kawan-kawan selama mengisi kekosongan Padi
yang sedang vakum. Band ini sendiri dimanajeri oleh Ari, yang tak lain
adalah gitaris Padi, selain gitaris utama: Piyu. Di Musikimia, selain
menjadi Manajer, Ari juga bertindak sebagai co-Producer dan fokus di belakang layar. Saat ini mereka sedang mempersiapkan album.
Bloggers, sebelum
saya dan teman-teman dari #IndonesiaBerkebun pamit pulang, Fadly sempat
ditodong nyanyi. Awalnya ia malu-malu. Namun, karena didesak oleh
permintaan para ‘ibu-ibu’, Fadly pun menyerah. Ia pun menyanyi sepotong
lagu Padi sambil memainkan gitarnya.
Jumat, 12 Oktober 2012
DKI Jakarta Siap Operasikan Bike Path, Jalur Sepeda Paling Aman
ak akan lama lagi para pesepeda di DKI Jakarta akan memiliki bike path. Tak seperti bike line, bike path
merupakan jalur khusus sepeda. Tak boleh ada kendaraan lain selain
sepeda, termasuk motor, yang diizinkan masuk ke jalur sepeda.
Selama ini, DKI Jakarta hanya memiliki bike line. Di Blok M, Jakarta Selatan misalnya. Ada jalur hijau yang merupakan bike line. Selain Blok M, beberapa lokasi yang sudah punya jalur sepeda adalah adalah Lippo Karawaci, Lippo Cikarang, Sentul City dan Jababeka. Namun sayangnya bike line ini tidak efektif, karena jalurnya masih menyatu dengan kendaraan umum lain. Motor seringkali menyerobot masuk ke bike line. Pun mobil seenaknya parkir di jalur yang sebenarnya khusus untuk sepeda itu. Metromini atau angkot berhenti seenaknya menghalangi jalur sepeda. Oleh karena itu, pembangunan bike path sangat dinantikan pesepeda.
Menurut rencana, bike path akan dioperasikan ruas-ruas menuju jalan protokol di Jakarta. Namun, untuk periode pertama, bike path baru dilakukan di Kanal Banjir Timur (KBT). Menurut Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta, Udar Pristono, saat ini bike path di KBT sudah selesai 80%. Jika tidak aral melintang, jalur sepeda sepanjang 6,7 km ini akan rampung per akhir 2012 ini.
Setelah KBT, Pemda DKI Jakarta akan melanjutkan pembangunan bike path
hingga ke Marunda. Jalur sepeda ke arah rumah si Pitung ini akan
memiliki panjang kurang lebih 44 km, dimana di sisi utara panjangnya 22
km dan sisi selatan 22 km. Tentu saja, ruas-ruas lain juga akan dibangun
bike path, apalagi jika terdapat lahan di sisi sungai, pasti bisa dibangun bike path, termasuk jalan yang melintasi Sungai Ciliwung, seperti Manggarai, Pasar Baru, maupun Tanah Abang.
Guna menjaga agar bike path tidak dimanfaatkan oleh motor, Dishub DKI Jakarta sudah memasang marka, pembatas beton, bollard, maupun portal. Menurut Udar, setiap hari akan ada lima petugas dari Dishub DKI Jakarta yang berjaga di setiap persimpangan bike path.
Melihat kebijakan Pemda DKI Jakarta yang ramah
terhadap pesepeda, rasanya tak berlebihan jika suatu hari nanti, Jakarta
akan menjadi kota sepeda. Tidak seperti sekarang menjadi kota motor.
Dan jika menjadi kota sepeda, Insya Allah kota Jakarta bisa sejajar
dengan 11 kota di dunia yang berhasil memperoleh predikat kota paling
ramah untuk pesepeda, yakni Amsterdam, Belanda; Portland, Oregon, AS;
Copenhagen, Denmark; Boulder, Colorado, AS; Davis, California, AS;
Sandnes, Norwegia; Trondheim, Norwegia; San Fransisco, California, AS;
Berlin, Jerman; Barcelona, Spanyol; Bassel, Swiss;
Sebagaimana diungkapkan dalam penelitian Virgin-Vacations (www.virgin-vacations.com),
bahwa salah satu upaya memperbaiki kualitas bersepeda di dalam kota
justru berasal dari dua pihak: penduduk dan pemerintah kota. Dalam hal
ini, kebijakan Pemda DKI Jakarta sudah benar. Kebijakan pembangunan bike path ini akan membuat penduduk semakin nyaman menggunakan sepeda sebagai alternatif transportasi.
Namun begitu, ada masalah lain. Pesepeda boleh
senang, tetapi sebaliknya belakangan pelaku industri sepeda nasional
justru mengeluhkan kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak
kepada produsen sepeda dalam negeri. Pasalnya, harga produksi dalam
negeri lebih mahal daripada harga impor sepeda utuh. Betapa tidak, bea
masuk impor bahan baku sepeda saat ini 10%-15%, sedangkan bea masuk
impor sepeda 0%-5%.
Langganan:
Postingan (Atom)