Gara-gara film Glee, lagu-lagu hits tahun 80-an bersemi kembali. Salah satunya lagu Don't Stop Belivin' ini.
Inilah versi aslinya...
"...dibilang backpacker bisa,nggak dianggap ya bisa juga..." "...dibilang suka makan, ya begitu, dituduh tahu kuliner nggak juga..."
Selasa, 14 September 2010
Kamis, 09 September 2010
ADA TAMAN BARU DI TEBET, ADA YANG MEMANFAATKAN TAMAN UNTUK JALAN DI SAHARDJO
Berbahagialah jadi warga Tebet, Jakarta Selatan. Betapa tidak, sebuah taman belum lama ini dibuka untuk umum. Nama taman yang dimaksud adalah Taman Tebet Honda. Lho kok ada nama sebuah produk otomotif? Yap! Taman ini merupakan hasil kolaborasi antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dalam hal ini Dinas Pertamanan dan Pemakaman, dengan PT. Honda Prospect Motor.
Terus terang saya tidak tahu mengapa untuk membuat sebuah taman, Pemprov DKI Jakarta perlu bekerjasama dengan pihak swasta. Apakah Dinas Pertamanan Pemprov DKI sudah tidak punya anggaran untuk itu? Agaknya perlu penyelidikan lebih lanjut tentang hal itu. Harap maklum, yang sudah-sudah, jika ada sebuah kerjasama yang melibatkan pihak ketiga, kerapkali menimbulkan kecurigaan.

Pintu masuk Taman Tebet Honda.
Namun, tulisan ini tidak ingin membongkar permasalahan itu. Biar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau Indonesian Corruption Watch (ICW) yang punya kuasa untuk melakukan penyelidikan. Tulisan ini cuma ingin mengajak kita berpikir positif di luar aspek kerjasama, bahwa di Jakarta ini, khususnya di Tebet, ada taman lagi. Sebagai perusahaan otomotif yang berkomitmen terhadap permasalahan lingkungan, Honda kembali menunjukan itikadnya: mensponsori pembuatan taman.
Bukan baru di Taman Tebet ini saja Honda mensponsori taman. Di beberapa tempat, khususnya di wilayah Jakarta, sudah ada beberapa taman yang bertanda: Honda. Selain Honda, perusahaan otomotif lain juga sudah melakukan hal yang sama. Di perempatan Coca-Cola, tepatnya di putaran dari arah jalan Suprapto, Jakarta Pusat –depan ITC Cempaka Mas- menuju ke Rawamangun, Jakarta Timur, misalnya. Di lokasi itu, Toyota membiayai sebuah taman.
Di Taman Tebet ini, Honda menyalurkan dana guna mempercantik taman. Selain ditanami aneka tanaman, seperti pohon Terembesi, Akasia, dan lain-lain, Honda juga membuat arana bermain anak-anak. Di arena tersebut terdapat aneka permainan standar, mulai dari ayunan maupun permainan panjat-panjatan. Fasilitas lainnya yang tak kalah menarik ada reflexiology track, arena futsal, jembatan untuk menyeberang kali –kebetulan di taman itu ada kali yang mengelir-, dan tentu saja jogging track. Luar biasa bukan?

Pagar depan Taman Tebet Honda. Perhatikan sebelah kiri, masih nampak bekas toko maupun warung yang dulu sempat mengitari pagar lokasi sebelum menjadi taman.
Dana untuk mempercantik taman ini diambil dari hasil keuntungan penjualan produk otomotif di Indonesia International Motor Show 2009 sebanyak 1.180 unit. Itu artinya, Anda yang kebetulan melakukan pembelian di event tersebut secara tidak langsung turut andil membiayai pendanaan Taman Tebet ini. Congrats buat Anda!
Saya sempat iri ketika Tebet punya taman lagi. Betapa tidak, sebelum difungsikan Taman Tebet Honda, Tebet sudah punya taman, yakni Taman Kota Tebet, dimana lokasinya persis di samping Taman Tebet Honda. Ketika masih tinggal di Tebet, saya rutin lari pagi di Taman Kota Tebet, sementara area yang sekarang menjadi Taman Tebet Honda masih semak belukar. Di sepanjang pagar masih terdapat berbagai tukang, baik itu tukang jual tanaman, binatang peliharaan, warteg, maupun tukang cuci mobil. Sekarang tukang-tukang itu sudah “disekolahkan”.
Sekarang, setelah tinggal di Cempaka Putih, taman umum seperti Tebet tidak ada. Memang ada arena olahraga persis di samping kompleks rumah saya, ARCICI, tetapi itu bukan arena olahraga umum. Beberapa kali saya selalu dilarang menggowes sepeda di tempat itu. Harap maklum, cuma member yang boleh berolahraga, karena ARCICI dikelola oleh pihak swasta.

Salah satu tanah di Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat. Tanah sengketa yang dijadikan arena bermain rakyat. Bermanfaat di tengah minimnya fasilitas publik
Beberapa taman di Cempaka Putih areanya tidak sebesar Tebet. Padahal saya berharap tanah yang dahulu bekas sekolah perawat, bisa dijadikan taman umum. Namun sayang, tanah tersebut milik Yayasan Rumah Sakit Harapan Kita. Konon kabarnya, di atas tanah yang berada persis di dekat kompleks Pertamina, Cempaka Putih, Jakarta Pusat ini akan dibangun gedung komersial dan sosial.
Namun entah mengapa, meski gedung tua di situ sudah dirubuhkan dan seluruh area sudah dipasangkan tembok yang artinya siap dibangung, papan warna merah tergantung di tembok. Papan tersebut tak lain adalah papan penyegelan, karena ternyata Yayasan Harapan Kita belum memiliki izin mendirikan bangunan. Sudah beberapa bulan ini papan berwarna merah itu barada di tembok itu. Wah, jika saja area yang luas itu bisa dijadikan taman, pasti banyak sekali manfaatnya untuk orang banyak, terutama warga Cempaka Putih seperti saya ini.
Sementara di tempat terpisah, tepatnya di jalan Sahardjo, Jakarta Selatan, ada kondisi yang menurut cukup unik. Beberapa waktu lalu, Dinas Pertamanan Pemprov DKI Jakarta sempat membongkar beberapa toko di salah satu sudut jalan tersebut. Ada toko pengetikan skripsi, toko alat-alat otomotif, maupun warteg. Setelah rata dengan tanah, ada tulisan akan dibangun taman.

Perhatikan tali warna kuning sebagai garis pembatas di foto atas! Dulu di tali warna kuning yang ada tulisan BUKAN JALAN UMUM adalah tembok itu. Di tembok itu ada berbagai pedagang yang berada di jalan Sahardjo, Jakarta Selatan, kemudian digusur oleh Pemda dengan janji akan dibuatkan taman.

Namun kelihatannya pemugaran tembok itu justru dimanfaatkan sebagai akses keluar-masuk mobil. Tamannya cuma beberapa pot-pot yang ada di situ. Gedung yang nampak di foto bawah adalah gedung Paska Sarjana UGM yang ada di jalan Sahardjo, Jakarta Selatan. Dulu tak bisa terlihat penuh sebelum tembok dibongkar dan menggusur pedagang. Tahu begitu tidak usah digusur kali ya?
Beberapa lama kemudian, taman yang sebelumnya akan dibangun oleh Dinas Pertamanan Pemprov DKI Jakarta belum juga nampak. Baru tadi saya melewati jalan Sahardjo itu lagi, yang nampak justru pembangunan yang dilakukan oleh sebuah kantor. Yap! Saya baru tahu, bekas toko-toko yang dibongkor itu ternyata sebelumnya nempel dengan tembok kantor milik Vicky Sianipar. Kini, saya menduga, kantor itu akan memanfaatkan “tanah kosong” yang katanya ingin dijadikan taman oleh Pemprov DKI untuk pintu akses keluar maupun masuk. Kok begitu ya?
Melihat kondisi tersebut, saya jadi curiga. Padahal seharusnya kalau Pemprov DKI sudah punya komitmen membangun taman, ya jangan ada lagi kantor yang diberikan previllage untuk membuka akses, yang jelas-jelas akan memotong tanah yang diperuntukan taman tersebut. Kalau tahu akan diberikan previllage seperti itu, untuk apa membongkar toko-toko yang ada sebelumnya? Ah, barangkali ada sesuatu yang jauh lebih besar yang diterima. I don’t know for sure. Tapi itulah barangkali yang masih menjadi kelemahan pejabat DKI sekarang ini: belum tegas, karena....
all photos copyright by Brill
Terus terang saya tidak tahu mengapa untuk membuat sebuah taman, Pemprov DKI Jakarta perlu bekerjasama dengan pihak swasta. Apakah Dinas Pertamanan Pemprov DKI sudah tidak punya anggaran untuk itu? Agaknya perlu penyelidikan lebih lanjut tentang hal itu. Harap maklum, yang sudah-sudah, jika ada sebuah kerjasama yang melibatkan pihak ketiga, kerapkali menimbulkan kecurigaan.

Pintu masuk Taman Tebet Honda.
Namun, tulisan ini tidak ingin membongkar permasalahan itu. Biar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau Indonesian Corruption Watch (ICW) yang punya kuasa untuk melakukan penyelidikan. Tulisan ini cuma ingin mengajak kita berpikir positif di luar aspek kerjasama, bahwa di Jakarta ini, khususnya di Tebet, ada taman lagi. Sebagai perusahaan otomotif yang berkomitmen terhadap permasalahan lingkungan, Honda kembali menunjukan itikadnya: mensponsori pembuatan taman.
Bukan baru di Taman Tebet ini saja Honda mensponsori taman. Di beberapa tempat, khususnya di wilayah Jakarta, sudah ada beberapa taman yang bertanda: Honda. Selain Honda, perusahaan otomotif lain juga sudah melakukan hal yang sama. Di perempatan Coca-Cola, tepatnya di putaran dari arah jalan Suprapto, Jakarta Pusat –depan ITC Cempaka Mas- menuju ke Rawamangun, Jakarta Timur, misalnya. Di lokasi itu, Toyota membiayai sebuah taman.
Di Taman Tebet ini, Honda menyalurkan dana guna mempercantik taman. Selain ditanami aneka tanaman, seperti pohon Terembesi, Akasia, dan lain-lain, Honda juga membuat arana bermain anak-anak. Di arena tersebut terdapat aneka permainan standar, mulai dari ayunan maupun permainan panjat-panjatan. Fasilitas lainnya yang tak kalah menarik ada reflexiology track, arena futsal, jembatan untuk menyeberang kali –kebetulan di taman itu ada kali yang mengelir-, dan tentu saja jogging track. Luar biasa bukan?

Pagar depan Taman Tebet Honda. Perhatikan sebelah kiri, masih nampak bekas toko maupun warung yang dulu sempat mengitari pagar lokasi sebelum menjadi taman.
Dana untuk mempercantik taman ini diambil dari hasil keuntungan penjualan produk otomotif di Indonesia International Motor Show 2009 sebanyak 1.180 unit. Itu artinya, Anda yang kebetulan melakukan pembelian di event tersebut secara tidak langsung turut andil membiayai pendanaan Taman Tebet ini. Congrats buat Anda!
Saya sempat iri ketika Tebet punya taman lagi. Betapa tidak, sebelum difungsikan Taman Tebet Honda, Tebet sudah punya taman, yakni Taman Kota Tebet, dimana lokasinya persis di samping Taman Tebet Honda. Ketika masih tinggal di Tebet, saya rutin lari pagi di Taman Kota Tebet, sementara area yang sekarang menjadi Taman Tebet Honda masih semak belukar. Di sepanjang pagar masih terdapat berbagai tukang, baik itu tukang jual tanaman, binatang peliharaan, warteg, maupun tukang cuci mobil. Sekarang tukang-tukang itu sudah “disekolahkan”.
Sekarang, setelah tinggal di Cempaka Putih, taman umum seperti Tebet tidak ada. Memang ada arena olahraga persis di samping kompleks rumah saya, ARCICI, tetapi itu bukan arena olahraga umum. Beberapa kali saya selalu dilarang menggowes sepeda di tempat itu. Harap maklum, cuma member yang boleh berolahraga, karena ARCICI dikelola oleh pihak swasta.
Salah satu tanah di Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat. Tanah sengketa yang dijadikan arena bermain rakyat. Bermanfaat di tengah minimnya fasilitas publik
Beberapa taman di Cempaka Putih areanya tidak sebesar Tebet. Padahal saya berharap tanah yang dahulu bekas sekolah perawat, bisa dijadikan taman umum. Namun sayang, tanah tersebut milik Yayasan Rumah Sakit Harapan Kita. Konon kabarnya, di atas tanah yang berada persis di dekat kompleks Pertamina, Cempaka Putih, Jakarta Pusat ini akan dibangun gedung komersial dan sosial.
Namun entah mengapa, meski gedung tua di situ sudah dirubuhkan dan seluruh area sudah dipasangkan tembok yang artinya siap dibangung, papan warna merah tergantung di tembok. Papan tersebut tak lain adalah papan penyegelan, karena ternyata Yayasan Harapan Kita belum memiliki izin mendirikan bangunan. Sudah beberapa bulan ini papan berwarna merah itu barada di tembok itu. Wah, jika saja area yang luas itu bisa dijadikan taman, pasti banyak sekali manfaatnya untuk orang banyak, terutama warga Cempaka Putih seperti saya ini.
Sementara di tempat terpisah, tepatnya di jalan Sahardjo, Jakarta Selatan, ada kondisi yang menurut cukup unik. Beberapa waktu lalu, Dinas Pertamanan Pemprov DKI Jakarta sempat membongkar beberapa toko di salah satu sudut jalan tersebut. Ada toko pengetikan skripsi, toko alat-alat otomotif, maupun warteg. Setelah rata dengan tanah, ada tulisan akan dibangun taman.
Perhatikan tali warna kuning sebagai garis pembatas di foto atas! Dulu di tali warna kuning yang ada tulisan BUKAN JALAN UMUM adalah tembok itu. Di tembok itu ada berbagai pedagang yang berada di jalan Sahardjo, Jakarta Selatan, kemudian digusur oleh Pemda dengan janji akan dibuatkan taman.
Namun kelihatannya pemugaran tembok itu justru dimanfaatkan sebagai akses keluar-masuk mobil. Tamannya cuma beberapa pot-pot yang ada di situ. Gedung yang nampak di foto bawah adalah gedung Paska Sarjana UGM yang ada di jalan Sahardjo, Jakarta Selatan. Dulu tak bisa terlihat penuh sebelum tembok dibongkar dan menggusur pedagang. Tahu begitu tidak usah digusur kali ya?
Beberapa lama kemudian, taman yang sebelumnya akan dibangun oleh Dinas Pertamanan Pemprov DKI Jakarta belum juga nampak. Baru tadi saya melewati jalan Sahardjo itu lagi, yang nampak justru pembangunan yang dilakukan oleh sebuah kantor. Yap! Saya baru tahu, bekas toko-toko yang dibongkor itu ternyata sebelumnya nempel dengan tembok kantor milik Vicky Sianipar. Kini, saya menduga, kantor itu akan memanfaatkan “tanah kosong” yang katanya ingin dijadikan taman oleh Pemprov DKI untuk pintu akses keluar maupun masuk. Kok begitu ya?
Melihat kondisi tersebut, saya jadi curiga. Padahal seharusnya kalau Pemprov DKI sudah punya komitmen membangun taman, ya jangan ada lagi kantor yang diberikan previllage untuk membuka akses, yang jelas-jelas akan memotong tanah yang diperuntukan taman tersebut. Kalau tahu akan diberikan previllage seperti itu, untuk apa membongkar toko-toko yang ada sebelumnya? Ah, barangkali ada sesuatu yang jauh lebih besar yang diterima. I don’t know for sure. Tapi itulah barangkali yang masih menjadi kelemahan pejabat DKI sekarang ini: belum tegas, karena....
all photos copyright by Brill
CATATAN SI BOY I
http://youtu.be/0uAVFZ--cjA
http://youtu.be/xIxw_iUWso8
http://youtu.be/pCZNzZOln_Y
http://youtu.be/B33qcTqGrnY
http://youtu.be/pOvbpTPytHs
http://youtu.be/V6TIVh8Wjog
http://youtu.be/tGmqVY18Y34
http://youtu.be/w1vp93BdCr4
http://youtu.be/mZLoy6T7faQ
http://youtu.be/9erFy_9q9bI
http://youtu.be/xIxw_iUWso8
http://youtu.be/pCZNzZOln_Y
http://youtu.be/B33qcTqGrnY
http://youtu.be/pOvbpTPytHs
http://youtu.be/V6TIVh8Wjog
http://youtu.be/tGmqVY18Y34
http://youtu.be/w1vp93BdCr4
http://youtu.be/mZLoy6T7faQ
http://youtu.be/9erFy_9q9bI
10 TIPS AMAN BERMOTOR SAAT MUDIK
Menjelang Idul Fitri 1431 H, pemerintah mengeluarkan himbauan dalam spanduk. Tagline-nya cukup “mengerikan” juga. Bunyinya begini: “Ingat! Mudik Hati-Hati, Motor Anda Bisa Jadi Mesin Pencabut Nyawa”. Spanduk-spanduk yang tersebar di jalan itu tentu saja ditujukan kepada para penggendara motor. Kenapa hanya pada motor? Sebab, kecelakan banyak terjadi pada motor. Tak heran di spanduk itu menampilkan data yang mengungkap, bahwa pada tahun 2008, 427 jiwa meninggal akibat kecelaaan motor, sementara angka tersebut naik di tahun 2009 sebanyak 768 jiwa.

Spanduk himbauan yang juga "nakut-nakutin".
Berkendaraan dengan menggunakan motor berbeda dengan mobil, meski keduanya tetap membutuhkan konsentrasi tinggi dan kondisi prima. Namun, spanduk tersebut jelas menyiratkan bahwa pemerintah lebih memfokuskan para pemudik dengan menggunakan motor agar lebih berhati-hati. Berikut ini ada 10 tips untuk para penggendara motor agar aman berkendaraan. Tips ini dirangkum dari berbagai sumber. Selamat membaca, semoga bermanfaat!
1. PASTIKAN KONDISI MOTOR ANDA BAIK. Untuk memastikan itu, sebelum pergi lakukan pengecekan pada motor Anda, baik pengecekan rem, kopling, ban kendaraan, maupun lampu sign. Istilahnya, jangan berperang dengan pedang yang rusak. Motor adalah pedang. Oleh karena itu periksa motor anda sebelum mulai berkendara. Jika ada suku cadang yang perlu diganti, jangan menunggu, segara ganti. Jika ada yang perlu diperbaiki, langsung perbaiki. Jangan pernah menganggap enteng masalah-masalah yang ditemukan pada motor Anda. Sebab, hal itu bukan cuma akan mengganggu proses perjalanan, tapi juga bisa membahayakan keselamatan.
2. PASTIKAN KONDISI TUBUH ANDA PRIMA. Saat mengendarai motor, dibutuhkan pandangan dan pendengaran yang baik. Oleh karena itu, pastikan kondisi tubuh Anda harus prima. Sebab, demi keselamatan Anda dan orang yang dibonceng, Anda harus selalu waspada dan responsif sepanjang perjalanan. Pastikan Anda tidak dalam keadaan mengantuk. Jangan pernah coba-coba untuk melaju dengan motor sehabis minum obat. Hal tersebut akan mempengaruhi kinerja Anda dalam berkendaraan dan tentu saja hanya akan membahayakan kselamatan. Begitu juga halnya jika kondisi tubuh sangat lelah atau emosi sedang terganggu, karena semua ini akan membuat Anda tidak hati-hati dalam berkendaraan.
3. GUNAKAN SELALU JACKET YANG SESUAI. Ingat! Kita tidak bisa menebak cuaca di tengah perjalanan. Bisa jadi mengawali perjalanan, cuaca panas, tetapi di tengah perjalanan hujan deras. Cuaca tersebut tentu akan mempengaruhi kondisi fisik Anda. Oleh karena itu, jacket yang sesuai bisa melindungi tubuh Anda.
4. GUNAKAN HELM SESUAI STANDAR. Jangan pernah tidak peduli pada bagian tubuh Anda, apalagi kepala. Anda tidak pernah tahu bagian tubuh mana yg akan cidera saat terjadi kecelakaan dan anda tidak pernah tau kapan kecelakaan akan terjadi. Helm wajib Anda pakai. Jadi lindungi kepala Anda dengan helm yang sesuai standar SNI. Jika helm Anda tidak menutupi seluruh wajah, pastikan Anda menggunakan kaca mata. Tentu fungsi kaca mata di sini bukan untuk gaya-gayaan, tetapi untuk melindungi mata Anda dari debu, benda lain, dan silau sinar matahari yang bisa mengganggu pandangan Anda.
5. BERUSAHALAH UNTUK SELALU TERLIHAT. Sebagai alat transpotasi yang relatif kecil, motor seringkali tidak terlihat oleh kendaraan di belakang maupun di depan, apalagi jika berkendaraan di malam hari dan menggunakan pakaian gelap. Hal tersebut jelas rentan untuk ditabrak oleh kendaraan besar. Untuk menghindari kondisi buruk itu, berusahalah untuk selalu mudah terlihat. Pakailah perlengkapan yang gampang terlihat, lebih baik lagi jika pakaian tersebut bisa merefleksikan cahaya (flourescent). Begitu juga dengan warna dari bagian-bagian motor yang bisa bercahaya.
6. JAGA JARAK. Agar aman bekendaraan, pastikan Anda selalu menjaga jarak aman dengan kendaraan lain, baik kendaraan di depan maupun di sekeliling motor. Ini untuk memastikan agar kendaraan di depan tidak tiba-tiba berhenti, sehingga Anda harus mendadak rem, juga ketika Anda ingin berbelok kanan atau kiri, kendaraan di samping tidak tersenggol motor Anda. Oleh karena itu atur kecepatan sedemikian rupa sesuai dengan rambu-rambu jalan. Tidak terlalu pelan, namun juga tidak terlalu ngebut.
7. WASPADAI KONDISI BURUK. Kurangi laju kendaraan jika terjebak dalam kondisi yang tidak mengenakan seperti kabut atau hujan lebat.
8. BILA MUNGKIN, HINDARI BERKENDARAAN MALAM HARI. Memang tidak mudah, karena bisa saja Anda ingin cepat sampai tujuan. Tetapi sebisa mungkin hindari berkendaraan malam hari. Seperti kta tahu, di siang hari saja, motor relatif lebih sulit terlihat, apalagi di malam hari. Ingat, berkendaraan antarkota tidak sama dengan berkendaraan di dalam kota.
9. RIDE YOUR OWN RIDE. Jangan coba berkendara untuk gaya-gayaan, karena apa yang Anda lakukan tidak akan membuat orang terkagum-kagum. Ingat, Anda berkendaraan bukan untuk itu, tetapi untuk pulang kampung dan bertemu dengan keluarga di rumah. Anda pun tidak perlu ngebut. Sadari kemampuan diri dan selalu ingat agar memprioritaskan keselamatan diri Anda dan juga orang lain.
10. YANG TERPENTING ADALAH: PATUHI SELALU RAMBU LALU LINTAS. Meski kesembilan tips tersebut di atas sudah dilakukan, akan percuma jika Anda tidak mematuhi aturan. Jangan lupa untuk menghidupkan lampu depan dan lampu belakang sejak saat matahari terbenam sampai matahari terbit, karena hal itu sesuai peraturan lalu lintas. Gunakan lampu sen kanan-kiri jika Anda hendak berbelok. Dimkan lampu depan bila ada kendaraan lain dalam jarak 200 meter dari Anda, atau ketika mobil berada di belakang kendaraan lain. Yang juga harus Anda patuhi adalah Undang-Undang no 27 Tahun 2009 Pasal 106 yang berbunyi: “Pengendara sepeda motor dilarang membawa penumpang lebih dari satu orang”.
Selamat mudik. Semoga Anda sampai di tujuan dengan selamat bersama keluarga.

Spanduk himbauan yang juga "nakut-nakutin".
Berkendaraan dengan menggunakan motor berbeda dengan mobil, meski keduanya tetap membutuhkan konsentrasi tinggi dan kondisi prima. Namun, spanduk tersebut jelas menyiratkan bahwa pemerintah lebih memfokuskan para pemudik dengan menggunakan motor agar lebih berhati-hati. Berikut ini ada 10 tips untuk para penggendara motor agar aman berkendaraan. Tips ini dirangkum dari berbagai sumber. Selamat membaca, semoga bermanfaat!
1. PASTIKAN KONDISI MOTOR ANDA BAIK. Untuk memastikan itu, sebelum pergi lakukan pengecekan pada motor Anda, baik pengecekan rem, kopling, ban kendaraan, maupun lampu sign. Istilahnya, jangan berperang dengan pedang yang rusak. Motor adalah pedang. Oleh karena itu periksa motor anda sebelum mulai berkendara. Jika ada suku cadang yang perlu diganti, jangan menunggu, segara ganti. Jika ada yang perlu diperbaiki, langsung perbaiki. Jangan pernah menganggap enteng masalah-masalah yang ditemukan pada motor Anda. Sebab, hal itu bukan cuma akan mengganggu proses perjalanan, tapi juga bisa membahayakan keselamatan.
2. PASTIKAN KONDISI TUBUH ANDA PRIMA. Saat mengendarai motor, dibutuhkan pandangan dan pendengaran yang baik. Oleh karena itu, pastikan kondisi tubuh Anda harus prima. Sebab, demi keselamatan Anda dan orang yang dibonceng, Anda harus selalu waspada dan responsif sepanjang perjalanan. Pastikan Anda tidak dalam keadaan mengantuk. Jangan pernah coba-coba untuk melaju dengan motor sehabis minum obat. Hal tersebut akan mempengaruhi kinerja Anda dalam berkendaraan dan tentu saja hanya akan membahayakan kselamatan. Begitu juga halnya jika kondisi tubuh sangat lelah atau emosi sedang terganggu, karena semua ini akan membuat Anda tidak hati-hati dalam berkendaraan.
3. GUNAKAN SELALU JACKET YANG SESUAI. Ingat! Kita tidak bisa menebak cuaca di tengah perjalanan. Bisa jadi mengawali perjalanan, cuaca panas, tetapi di tengah perjalanan hujan deras. Cuaca tersebut tentu akan mempengaruhi kondisi fisik Anda. Oleh karena itu, jacket yang sesuai bisa melindungi tubuh Anda.
4. GUNAKAN HELM SESUAI STANDAR. Jangan pernah tidak peduli pada bagian tubuh Anda, apalagi kepala. Anda tidak pernah tahu bagian tubuh mana yg akan cidera saat terjadi kecelakaan dan anda tidak pernah tau kapan kecelakaan akan terjadi. Helm wajib Anda pakai. Jadi lindungi kepala Anda dengan helm yang sesuai standar SNI. Jika helm Anda tidak menutupi seluruh wajah, pastikan Anda menggunakan kaca mata. Tentu fungsi kaca mata di sini bukan untuk gaya-gayaan, tetapi untuk melindungi mata Anda dari debu, benda lain, dan silau sinar matahari yang bisa mengganggu pandangan Anda.
5. BERUSAHALAH UNTUK SELALU TERLIHAT. Sebagai alat transpotasi yang relatif kecil, motor seringkali tidak terlihat oleh kendaraan di belakang maupun di depan, apalagi jika berkendaraan di malam hari dan menggunakan pakaian gelap. Hal tersebut jelas rentan untuk ditabrak oleh kendaraan besar. Untuk menghindari kondisi buruk itu, berusahalah untuk selalu mudah terlihat. Pakailah perlengkapan yang gampang terlihat, lebih baik lagi jika pakaian tersebut bisa merefleksikan cahaya (flourescent). Begitu juga dengan warna dari bagian-bagian motor yang bisa bercahaya.
6. JAGA JARAK. Agar aman bekendaraan, pastikan Anda selalu menjaga jarak aman dengan kendaraan lain, baik kendaraan di depan maupun di sekeliling motor. Ini untuk memastikan agar kendaraan di depan tidak tiba-tiba berhenti, sehingga Anda harus mendadak rem, juga ketika Anda ingin berbelok kanan atau kiri, kendaraan di samping tidak tersenggol motor Anda. Oleh karena itu atur kecepatan sedemikian rupa sesuai dengan rambu-rambu jalan. Tidak terlalu pelan, namun juga tidak terlalu ngebut.
7. WASPADAI KONDISI BURUK. Kurangi laju kendaraan jika terjebak dalam kondisi yang tidak mengenakan seperti kabut atau hujan lebat.
8. BILA MUNGKIN, HINDARI BERKENDARAAN MALAM HARI. Memang tidak mudah, karena bisa saja Anda ingin cepat sampai tujuan. Tetapi sebisa mungkin hindari berkendaraan malam hari. Seperti kta tahu, di siang hari saja, motor relatif lebih sulit terlihat, apalagi di malam hari. Ingat, berkendaraan antarkota tidak sama dengan berkendaraan di dalam kota.
9. RIDE YOUR OWN RIDE. Jangan coba berkendara untuk gaya-gayaan, karena apa yang Anda lakukan tidak akan membuat orang terkagum-kagum. Ingat, Anda berkendaraan bukan untuk itu, tetapi untuk pulang kampung dan bertemu dengan keluarga di rumah. Anda pun tidak perlu ngebut. Sadari kemampuan diri dan selalu ingat agar memprioritaskan keselamatan diri Anda dan juga orang lain.
10. YANG TERPENTING ADALAH: PATUHI SELALU RAMBU LALU LINTAS. Meski kesembilan tips tersebut di atas sudah dilakukan, akan percuma jika Anda tidak mematuhi aturan. Jangan lupa untuk menghidupkan lampu depan dan lampu belakang sejak saat matahari terbenam sampai matahari terbit, karena hal itu sesuai peraturan lalu lintas. Gunakan lampu sen kanan-kiri jika Anda hendak berbelok. Dimkan lampu depan bila ada kendaraan lain dalam jarak 200 meter dari Anda, atau ketika mobil berada di belakang kendaraan lain. Yang juga harus Anda patuhi adalah Undang-Undang no 27 Tahun 2009 Pasal 106 yang berbunyi: “Pengendara sepeda motor dilarang membawa penumpang lebih dari satu orang”.
Selamat mudik. Semoga Anda sampai di tujuan dengan selamat bersama keluarga.
Selasa, 07 September 2010
MENIKMATI JAKARTA TANPA KEMACETAN
Ada satu hal yang menyenangkan saya di Idul Fitri selain bersilaturahmi dengan orangtua dan keluarga, yakni menikmati jalan di Jakarta. Saya bukan tidak pernah pergi menyusuri jalan-jalan di Jakarta ini. Oh, no! Bukan itu. Tetapi, sebagai anak Betawi asli, saya berbahagia sekali bisa menikmati jalan raya di Jakarta ini tanpa kemacetan setahun sekali.
Memang, tidak 100% jalan di Jakarta lowong di hari pertama maupun hari kedua Idul Fitri nanti. Namun buat saya, seminggu dalam setahun, adalah momentum saya merasakan jalan-jalan Jakarta tanpa penuh kendaraan bermotor. Harap maklum, data Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencatat, pertumbuhan kendaraan per tahun sebanyak 10%. Percaya tak percaya, tiap hari ada 890 motor baru, bo! Gokil! Sementara mobil baru per hari tercatat 240 unit.
Padahal saat ini tercatat jumlah kendaraan bermotor sudah 6,5 juta unit, dimana dari angka tersebut, 6,4 juta adalah kendaraan pribadi atau 98,6%. Bayangkan! Gimana tidak macet jalan kota Jakarta ini? Semua memakai kendaraan pribadi dan memenuhi sudut-sudut jalan di kota Jakarta ini. Sementara peningkatan jumlah kendaraan tiap tahun tidak diimbangi oleh pertumbuhan ruas jalan. Yaiyalah! Faktanya ruas jalan ya memang segitu-gitu aja, kecuali mau mengorbankan jalur-jalur hijau yang ada di pinggir jalan atau menggusur sejumlah pemukiman maupun gedung. But it’s impossible!

Salah satu titik kemacetan di Jakarta, Bunderan Hotel Indonesia, jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Ini foto tahun 1976. Kapan lagi bisa sedikit lowong seperti ini kalo tidak di Idul Fitri
Sekarang ini panjang jalan raya tercatat 7.650 km dengan luas 41,1 km persegi. Tahukah Anda, pertumbuhan jalan per tahun hanya 1%. Coba bandingkan dengan pertumbuhan kendaraan yang sudah saya sebutkan di atas, yang mencapai 10% per tahun. Data ini menunjukan setiap tahun Pemprov DKI ‘ngutang’ 9% untuk pertumbuhan jalan dan ‘hutang’ ini rasanya tidak mungkin dibayar, karena setiap tahun akan terus menumpuk dan menumpuk.
Anehnya, meski sudah data yang mengungkap indikator kemacetan dan semua warga Jakarta merasakan kondisi itu, toh kita tetap menggunakan kendaraan pribadi. Meski sudah merasa muak dengan kemacetan di Jakarta dan seringkali marah-marah, toh tetap berada di dalam kendaraan atau naik motor.
“Habis naik kendaraan umum nggak nyaman sih?”
“Enak naik motor bisa nyelip-nyelip dan cepat sampai”.
“Naik bus panas.”
“Naik bus dempet-dempetan. Baju bisa lecek begitu sampai di kantor.”
Seribu satu macam alasan kita untuk tetap menggunakan kendaraan pribadi. Wajah, sangat wajar. Tetapi dengan begitu kita seolah mementingkan diri sendiri tanpa ikut andil membantu mencari solusi. Semua dibebankan pada pemerintah. Jangan heran kalau alasan kendaraan umum tidak nyaman, naik bus panas, dan lain-lain selalu menjadi alasan.
“Lho memang benar kan?”
Memang tidak salah. Tapi saya berani jamin, mereka yang biasa mengatakan ‘selama kendaraan umum belum nyaman tetap akan naik mobil pribadi’, pasti jarang naik bus atau metromini atau kopaja. Bahkan jangan-jangan belum pernah. Orang seperti ini baru melihat, tetapi belum pernah merasakan.
Ketika busway yang berpenyejuk udara dioperasikan, mereka yang mengatakan ‘naik bus panas’, juga belum sempat merasakan naik busway. Baiklah kalau sudah pernah, tetapi paling-paling baru sekali setelah itu tidak pernah naik lagi. Pasti ada alasan lagi sehingga orang model ini kembali naik kendaraan pribadi.
“Habis nunggunya lama.”
“Habis pindah dari shelter satu ke shelter lain harus jalan kaki dan jauh.”

Menikmati jalan yang sepi di kota Jakarta. Kalau tidak pada saat Idul Fitri kayaknya tidak akan mungkin terjadi.
Sejumlah orang kemudian meninggalkan comfort zone mereka dengan mengganti kendaraan, dari kendaraan bermotor ke sepeda. Saya salut dan bangga dengan mereka yang bersepeda. Hebatnya, mereka yang naik sepeda ini bukan karena tidak punya mobil atau motor, tetapi justru banyak pula yang berada dari segmentasi A-B.
Mereka adalah solusi. Penggowes sepeda ini tidak mau marah-marah atau cuma protes terhadap kemacetan Jakarta, tetapi benar-benar action. Meski sudah ada contoh mereka yang memilih tidak naik kendaraan umum, tetapi sebagian besar orang yang berkendaraan pribadi tetap saja beralasan.
“Naik sepeda di Jakarta bahaya banget!”
“Wah, takut kena polusi, mas.”
“Panas. Kalau Jakarta suhunya dingin, baru deh saya mau naik sepeda ke kantor.”
Lihat! Selalu saja ada alasan. Selama kita masih beralasan, selama itu pula warga Jakarta akan hidup dalam kemacetan. Kita akan melihat lajur TransJakarta akan dimasuki oleh kendaraan-kendaraan pribadi, karena jalanan sudah tidak cukup menampung kendaraan, sementara para pengendara ogah naik busway. Kita juga akan melihat para pejalan kaki akan was-was ketika berjalan di trotoar, karena hak mereka tercabut, karena kendaraan bermotor tega merampas jalur khusus untuk pejalan kaki.
Sampai kapan pun pemerintah dan polisi akan selalu 'dikibuli' demi tetap naik kendaraan pribadi. Mau diberlakukan pembatasan kendaraan dengan metode apa, manusia seperti kita pasti selalu ada cara. Manusia gitu, loch! 3 in 1, misalnya. Oleh karena naik mobil sendiri, sewa joki, polisi pun 'dikibuli'. Begitu juga jika diterapkan sistem nomor kendaraan genap-ganjil, bukan tidak mungkin kita akan membeli mobil dengan nomor genap dan nomor ganjil. Pokoknya manusia seperti kita ini luar biasa!
Anyway, dalam seminggu ke depan ini, sebagai anak Betawi, saya pasti akan merasakan kenikmatan memiliki jalan raya yang lengang. Saya pun yakin, jika diukur kadar pencemaran udaranya, dalam seminggu di Idul Fitri ini pasti akan jauh berkurang. Ah, rasanya saya sudah tidak sabar untuk menikmati Jakarta tanpa kemacetan seperti Jakarta dahulu kala.
all photos copyright Book of Papineaus Guide to JAKARTA (1976)
Memang, tidak 100% jalan di Jakarta lowong di hari pertama maupun hari kedua Idul Fitri nanti. Namun buat saya, seminggu dalam setahun, adalah momentum saya merasakan jalan-jalan Jakarta tanpa penuh kendaraan bermotor. Harap maklum, data Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencatat, pertumbuhan kendaraan per tahun sebanyak 10%. Percaya tak percaya, tiap hari ada 890 motor baru, bo! Gokil! Sementara mobil baru per hari tercatat 240 unit.
Padahal saat ini tercatat jumlah kendaraan bermotor sudah 6,5 juta unit, dimana dari angka tersebut, 6,4 juta adalah kendaraan pribadi atau 98,6%. Bayangkan! Gimana tidak macet jalan kota Jakarta ini? Semua memakai kendaraan pribadi dan memenuhi sudut-sudut jalan di kota Jakarta ini. Sementara peningkatan jumlah kendaraan tiap tahun tidak diimbangi oleh pertumbuhan ruas jalan. Yaiyalah! Faktanya ruas jalan ya memang segitu-gitu aja, kecuali mau mengorbankan jalur-jalur hijau yang ada di pinggir jalan atau menggusur sejumlah pemukiman maupun gedung. But it’s impossible!

Salah satu titik kemacetan di Jakarta, Bunderan Hotel Indonesia, jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Ini foto tahun 1976. Kapan lagi bisa sedikit lowong seperti ini kalo tidak di Idul Fitri
Sekarang ini panjang jalan raya tercatat 7.650 km dengan luas 41,1 km persegi. Tahukah Anda, pertumbuhan jalan per tahun hanya 1%. Coba bandingkan dengan pertumbuhan kendaraan yang sudah saya sebutkan di atas, yang mencapai 10% per tahun. Data ini menunjukan setiap tahun Pemprov DKI ‘ngutang’ 9% untuk pertumbuhan jalan dan ‘hutang’ ini rasanya tidak mungkin dibayar, karena setiap tahun akan terus menumpuk dan menumpuk.
Anehnya, meski sudah data yang mengungkap indikator kemacetan dan semua warga Jakarta merasakan kondisi itu, toh kita tetap menggunakan kendaraan pribadi. Meski sudah merasa muak dengan kemacetan di Jakarta dan seringkali marah-marah, toh tetap berada di dalam kendaraan atau naik motor.
“Habis naik kendaraan umum nggak nyaman sih?”
“Enak naik motor bisa nyelip-nyelip dan cepat sampai”.
“Naik bus panas.”
“Naik bus dempet-dempetan. Baju bisa lecek begitu sampai di kantor.”
Seribu satu macam alasan kita untuk tetap menggunakan kendaraan pribadi. Wajah, sangat wajar. Tetapi dengan begitu kita seolah mementingkan diri sendiri tanpa ikut andil membantu mencari solusi. Semua dibebankan pada pemerintah. Jangan heran kalau alasan kendaraan umum tidak nyaman, naik bus panas, dan lain-lain selalu menjadi alasan.
“Lho memang benar kan?”
Memang tidak salah. Tapi saya berani jamin, mereka yang biasa mengatakan ‘selama kendaraan umum belum nyaman tetap akan naik mobil pribadi’, pasti jarang naik bus atau metromini atau kopaja. Bahkan jangan-jangan belum pernah. Orang seperti ini baru melihat, tetapi belum pernah merasakan.
Ketika busway yang berpenyejuk udara dioperasikan, mereka yang mengatakan ‘naik bus panas’, juga belum sempat merasakan naik busway. Baiklah kalau sudah pernah, tetapi paling-paling baru sekali setelah itu tidak pernah naik lagi. Pasti ada alasan lagi sehingga orang model ini kembali naik kendaraan pribadi.
“Habis nunggunya lama.”
“Habis pindah dari shelter satu ke shelter lain harus jalan kaki dan jauh.”
Menikmati jalan yang sepi di kota Jakarta. Kalau tidak pada saat Idul Fitri kayaknya tidak akan mungkin terjadi.
Sejumlah orang kemudian meninggalkan comfort zone mereka dengan mengganti kendaraan, dari kendaraan bermotor ke sepeda. Saya salut dan bangga dengan mereka yang bersepeda. Hebatnya, mereka yang naik sepeda ini bukan karena tidak punya mobil atau motor, tetapi justru banyak pula yang berada dari segmentasi A-B.
Mereka adalah solusi. Penggowes sepeda ini tidak mau marah-marah atau cuma protes terhadap kemacetan Jakarta, tetapi benar-benar action. Meski sudah ada contoh mereka yang memilih tidak naik kendaraan umum, tetapi sebagian besar orang yang berkendaraan pribadi tetap saja beralasan.
“Naik sepeda di Jakarta bahaya banget!”
“Wah, takut kena polusi, mas.”
“Panas. Kalau Jakarta suhunya dingin, baru deh saya mau naik sepeda ke kantor.”
Lihat! Selalu saja ada alasan. Selama kita masih beralasan, selama itu pula warga Jakarta akan hidup dalam kemacetan. Kita akan melihat lajur TransJakarta akan dimasuki oleh kendaraan-kendaraan pribadi, karena jalanan sudah tidak cukup menampung kendaraan, sementara para pengendara ogah naik busway. Kita juga akan melihat para pejalan kaki akan was-was ketika berjalan di trotoar, karena hak mereka tercabut, karena kendaraan bermotor tega merampas jalur khusus untuk pejalan kaki.
Sampai kapan pun pemerintah dan polisi akan selalu 'dikibuli' demi tetap naik kendaraan pribadi. Mau diberlakukan pembatasan kendaraan dengan metode apa, manusia seperti kita pasti selalu ada cara. Manusia gitu, loch! 3 in 1, misalnya. Oleh karena naik mobil sendiri, sewa joki, polisi pun 'dikibuli'. Begitu juga jika diterapkan sistem nomor kendaraan genap-ganjil, bukan tidak mungkin kita akan membeli mobil dengan nomor genap dan nomor ganjil. Pokoknya manusia seperti kita ini luar biasa!
Anyway, dalam seminggu ke depan ini, sebagai anak Betawi, saya pasti akan merasakan kenikmatan memiliki jalan raya yang lengang. Saya pun yakin, jika diukur kadar pencemaran udaranya, dalam seminggu di Idul Fitri ini pasti akan jauh berkurang. Ah, rasanya saya sudah tidak sabar untuk menikmati Jakarta tanpa kemacetan seperti Jakarta dahulu kala.
all photos copyright Book of Papineaus Guide to JAKARTA (1976)
OH, TUKANG KUE RANGI, WHERE ARE YOU? I MISS YOU SO MUCH!
Entah tetangga mana yang memberi tahu tukang kue rangi, setiap kali saya ada di rumah di Sabtu atau Minggu pagi, pasti tukang kue rangi itu muncul. Tiba-tiba saja teriakan khasnya mematuk telinga saya. Begitu wajah saya muncul dari balkon kamar di lantai dua, tukang kue rangi itu sudah stand by di depan pagar rumah saya. Dengan senyum khas, tentunya.
“Kue rangi, pak?” tawar tukang kue rangi itu sambil tersenyum.
“Boleh, pak! Bikinkan tiga ya?” ujar saya dari atas balkon.
Begitulah kebiasaan di weekend ketika saya berada di rumah. Tukang kue rangi itu sudah mengerti sekali, bahwa saya adalah pelanggan setia. Bukan cuma setia membeli satu, tetapi lebih dari dua, bahkan pernah lebih dari tiga.
Ia dan saya seperti sebuah magnet yang tarik menarik. Betapa tidak, setiap kali tidak ada teriakan tukang kue rangi itu, rasanya ada sesuatu yang hilang di weekend. Begitu pula dengan tukang kue rangi. Ketika weekend saya kebetulan tidak ada di rumah, ia seperti kangen. Ini terbukti dari laporan asisten rumah kami.
“Pak, tadi tukang kue ranginya nyari bapak,” ujar asisten kami.
Mendengar laporan asisten rumah kami itu terkadang sedih juga. Ya, wajarlah sedih. Sebab, dengan ketidakhadiran saya di rumah pada saat weekend, otomatis tukang kue rangi itu mendapatkan uang, karena pelanggan seperti saya absen membeli. Lho, kenapa tidak titip ke asisten rumah saja untuk dibelikan? Wah, kue rangi itu tidak enak kalau dimakan pada saat sudah tidak hangat. Rasanya sudah tidak kriuk alias bahan kuenya sudah anyep.

Selalu tidak cukup membeli satu ikat kue rangi. Minimal beli dua. Maklum, kue lokal asli Betawi favorit sejak kecil.
Saya tidak tahu pasti sejak kapan suka kue rangi. Barangkali sejak masih SD atau SMP atau SMA atau....wah, lupa! Yang pasti, buat orang kelahiran Betawi seperti saya, kue rangi menjadi kuliner yang mak nyos. By the way busway, mungkin bagi Anda yang bukan asli penduduk Jakarta atau tinggal di luar Jakarta masih asing dengan kuliner ini ya?
Baiklah saya share sedikit. Bahwa kue rangi itu bentuknya mirip kue pancong atau bandros. Ukurannya saja yang lebih kecil dan rasanya pun jauh berbeda. Sebab, kue rangi dibuat dari bahan yang sederhana, yakni campuran tepung kanji dan kelapa parut. Tepung kanji ini disajikan di atas loyang yang sudah dibentuk seperti perahu. Loyang ini memanggang tepung kanji. Setelah dipanggang, kue disajikan dengan larutan gula merah.
Waktu itu harga kue rangi seikat Rp 1.000 yang terdiri dari 12 sekat kue yang berbentuk perahu itu. Terakhir kali saya membeli awal tahun 2010 lalu harga sudah Rp 3.000 per ikat. Maklum, tepung dan gulanya sudah naik. Jadi hitung-hitungannya kalau per sekatnya adalah 250 perak.
Kini, tukang kue rangi itu tidak hadir lagi. Weekend-weekend saya pun sepi. Tak ada teriakan khasnya, tak merasakan pula kue rangi yang kriuk itu. Dimana saya biasa menyantapnya sambil membaca koran di pagi hari.
Memang saya tahu, banyak tukang kue rangi di tempat-tempat lain, entah itu yang mangkal maupun yang berkeliling dari kampung ke kampung. Tapi buat saya, tukang kue rangi langganan saya ini sudah seperti sejiwa. Kata anak sekarang, soulfull. Sedih juga membayangkan lelaki itu tidak ada lagi berdiri bersama gerobaknya di depan pagar rumah saya. Oh, tukang kue rangi, where are you? I miss you so much. Please come back as soon as possible.
“Kue rangi, pak?” tawar tukang kue rangi itu sambil tersenyum.
“Boleh, pak! Bikinkan tiga ya?” ujar saya dari atas balkon.
Begitulah kebiasaan di weekend ketika saya berada di rumah. Tukang kue rangi itu sudah mengerti sekali, bahwa saya adalah pelanggan setia. Bukan cuma setia membeli satu, tetapi lebih dari dua, bahkan pernah lebih dari tiga.
Ia dan saya seperti sebuah magnet yang tarik menarik. Betapa tidak, setiap kali tidak ada teriakan tukang kue rangi itu, rasanya ada sesuatu yang hilang di weekend. Begitu pula dengan tukang kue rangi. Ketika weekend saya kebetulan tidak ada di rumah, ia seperti kangen. Ini terbukti dari laporan asisten rumah kami.
“Pak, tadi tukang kue ranginya nyari bapak,” ujar asisten kami.
Mendengar laporan asisten rumah kami itu terkadang sedih juga. Ya, wajarlah sedih. Sebab, dengan ketidakhadiran saya di rumah pada saat weekend, otomatis tukang kue rangi itu mendapatkan uang, karena pelanggan seperti saya absen membeli. Lho, kenapa tidak titip ke asisten rumah saja untuk dibelikan? Wah, kue rangi itu tidak enak kalau dimakan pada saat sudah tidak hangat. Rasanya sudah tidak kriuk alias bahan kuenya sudah anyep.
Selalu tidak cukup membeli satu ikat kue rangi. Minimal beli dua. Maklum, kue lokal asli Betawi favorit sejak kecil.
Saya tidak tahu pasti sejak kapan suka kue rangi. Barangkali sejak masih SD atau SMP atau SMA atau....wah, lupa! Yang pasti, buat orang kelahiran Betawi seperti saya, kue rangi menjadi kuliner yang mak nyos. By the way busway, mungkin bagi Anda yang bukan asli penduduk Jakarta atau tinggal di luar Jakarta masih asing dengan kuliner ini ya?
Baiklah saya share sedikit. Bahwa kue rangi itu bentuknya mirip kue pancong atau bandros. Ukurannya saja yang lebih kecil dan rasanya pun jauh berbeda. Sebab, kue rangi dibuat dari bahan yang sederhana, yakni campuran tepung kanji dan kelapa parut. Tepung kanji ini disajikan di atas loyang yang sudah dibentuk seperti perahu. Loyang ini memanggang tepung kanji. Setelah dipanggang, kue disajikan dengan larutan gula merah.
Waktu itu harga kue rangi seikat Rp 1.000 yang terdiri dari 12 sekat kue yang berbentuk perahu itu. Terakhir kali saya membeli awal tahun 2010 lalu harga sudah Rp 3.000 per ikat. Maklum, tepung dan gulanya sudah naik. Jadi hitung-hitungannya kalau per sekatnya adalah 250 perak.
Kini, tukang kue rangi itu tidak hadir lagi. Weekend-weekend saya pun sepi. Tak ada teriakan khasnya, tak merasakan pula kue rangi yang kriuk itu. Dimana saya biasa menyantapnya sambil membaca koran di pagi hari.
Memang saya tahu, banyak tukang kue rangi di tempat-tempat lain, entah itu yang mangkal maupun yang berkeliling dari kampung ke kampung. Tapi buat saya, tukang kue rangi langganan saya ini sudah seperti sejiwa. Kata anak sekarang, soulfull. Sedih juga membayangkan lelaki itu tidak ada lagi berdiri bersama gerobaknya di depan pagar rumah saya. Oh, tukang kue rangi, where are you? I miss you so much. Please come back as soon as possible.
Minggu, 29 Agustus 2010
RELA MACET BERJAM-JAM DEMI SHOW 15 MENIT

Sudah sejak minggu lalu, putri kedua kami, Khaira, selalu mengingatkan sebuah agenda pada tanggal 29 Agustus 2010 yang tida boleh dilewatkan, yakni pergi ke Pejaten Village. Hampir setiap hari, sampai dengan hari H ini, ia tak bosan-bosan mengingatkan kami dengan agendanya itu.
Mungkin kalo sekadar jalan-jalan ke mall, anak kami jadi terdengar norak atau kampungan. Wong ke mall aja kok segitu ngebetnya. Perkaranya, bukan sekadar jalan ke mall. Kalo itu mah sudah sering kami lakukan. Tetapi Khaira ingin berjumpa dengan idolanya dan melihat dari dekat. Sebab, selama ini sang idola hanya muncul di layar televisi. Nah, Minggu ini, ia hadir secara langsung di mal yang berada di bilangan Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
“Sudah adzan dzuhur belum, Pap?” tanya Khaira tiba-tiba menghampiri saya.
“Belum. Bentar lagi ya, Dik,” jawab saya.
Samar-samar suara adzan pun terdengar.
“Nah, sekarang sudah adzan kan, Pap?” tanya Khaira lagi.
“Iya. Kita sholat dulu, yuk!”
“Hore! Hore! Hore! Aku ketemu Mister Maker! Hore! Hore! Aku suka Mister Maker!”
Khaira berlompat-lompatan di atas kasur pegas di kamar kami. Ia kegirangan, karena kami berjanji sehabis sholat dzuhur, langsung pergi ke Pejaten Village untuk menyaksikan “pertunjukan” Mister Maker. Kebetulan jadwal “pertunjukan” idola Khaira ini berlangsung pukul 14.00 wib.
Mister Maker? Memangnya apa yang membuat orang ini begitu spesial? Kalo biasa mendampingi anak-anak Anda menonton Indovision, tepatnya di channel CBeebies, pasti mengenal sosok Mister Maker. Tokoh yang diperankan oleh Phil Gallagher ini adalah jagoan dalam membuat prakarya. Ia selalu membuat karya dari berbagai hal yang ada di sekitar kita. Sangat kreatif dan lucu. Menurut sang Sutradara, James Morgan, karakter Mister Maker memang dibuat untuk dapat menimbulkan keceriaan di sekelilingnya.

Setiap episode, Mister Maker menampilkan beberapa cara membuat prakarya yang mudah dan menarik untuk anak usia dini, dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Namun semua karyanya itu tetap dikhususkan untuk anak usia dini (pre-school). Dari mulai yang sangat mudah sehingga bisa dibuat hnya dalam waktu 1 menit (Minute Make) sampai dengan karya yang membutuhkan bantuan orang dewasa. Bahan-bahannya juga mudah didapat. Yang paling sering digunakan adalah cat, lem, gunting, aneka kertas dan kardus.
Program Mister Maker ini pertama kali disiarkan pada tahun 2007. Saking populernya, program yang dibuat oleh Michael Carrington dari BBC ini sudah di-dubbing ke dalam beberapa bahasa, termasuk ke bahasa Spanyol dan tentu saja Indonesia. Phil sendiri pernah masuk nominasi presenter acara anak-anak terbaik BAFTA Children’s Awards 2009. BAFTA merupakan penghargaan tertinggi bagi insan pertelevisian di Inggris. Beda, lho, sama penghargaan Panasonic Awards di Indonesia ini yang dinilai kurang objektif itu.
Back to kedatangan Mister Maker di Pejaten Village. Ternyata kami salah duga. Anak-anak yang ingin menjumpai Mister Maker banyak minta ampyun. Gara-gara pria asal Inggris ini, ruas-ruas jalan yang menghubungkan ke Pejaten Village macet semacet-macetnya. Kalo Anda pernah melewati jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan, barangkali pada hari kerja dan jam-jam sibuk sudah biasa melihat kemacetan. Namun, hari Minggu ini, kemacetan juga terjadi, bahkan lebih parah.
Setelah berjuang, kami akhirnya sampai juga di tempat parkir Pejaten Village. Begitu berada di plaza mall ini, alangkah kagetnya kami. Ratusan anak-anak sudah memadati plaza. Seolah tak ada tempat lagi untuk bergerak. Padahal sang idola belum menunjukan batang hidungnya. Agaknya pihak event organizer (EO) ini tak menyangka pengunjung yang akan melihat Mister Maker akan sebanyak itu.
Tunggu punya tunggu, Mister Maker pun muncul. Bertepatan dengan kemunculannya, seluruh anak memangil nama idola mereka, termasuk Khaira. Suara mereka begitu riuh. Kami melihat wajah mereka berbinar-binar, bahkan ada yang histeris. Situasi ini mirip kalo kita melihat sebuah konser, dimana band manggung dan fans mereka menjerit histeris di depan panggung.

Para orangtua, terutama bapak-bapak terpaksa menggendong putra-putri mereka, mendudukan anak-anak mereka di pundak. Ya, ngapain lagi kalo bukan supaya anak mereka bisa melihat. Padahal jarak antara panggung Mister Maker dan penonton cukup jauh. Kondisi penuh sesak bukan terjadi di lantai dimana panggung berada, tetapi di tiap lantai mall. Siang itu mall milik anak-anak. “Biang keladinya” adalah Phil si Mister Maker itu.
Sayang, pertunjukan cuma 15 menit. Mister Maker yang ditunggu berjam-jam itu tidak terasa harus menghilang. Kalo dipikir-pikir tak sepadan dengan perjuangan mengatasi kemacetan siang menjelang sore itu. Tetapi begitu melihat wajah putri kami yang berbinar-binar, kekesalan pada parahnya kemacetan jadi terobati.
“Gimana Mister Maker-nya, Nak?” tanya saya.
“Keren, Pap!” jawab Khaira sambil tersenyum. “Tapi kenapa kulitnya agak hitam ya? Kok beda dengan di televisi? Kulitnya putih.”
“Mungkin Mister Maker yang datang ke Jakarta ini bukan orang Inggris, tetapi orang Afrika kali,” goda saya.
Langganan:
Postingan (Atom)